Cerita Panen Jahe bersama Kelompok Wanita Tani di Desa Turi

INDMIRA kembali melakukan pendampingan budidaya untuk masyarakat. Salah satu kegiatan yang sedang berlangsung saat ini adalah kegiatan pemberdayaan KWT (Kelompok Wanita Tani) desa Turi, Sleman, Kota Yogyakarta. Kami memberikan pelatihan budidaya jahe merah, jahe emprit dan jahe gajah pada warga dengan demplot (demonstrasi plot) seluas 700 m2.

Penanaman jahe ini merupakan inisiasi Indmira dan Fakultas Kedokteran UGM  untuk mewujudkan desa sehat dengan mengembangkan komoditas jahe di wilayah Turi. Indmira memberi alternatif pengelolaan dan perancangan lahan kosong untuk kegiatan pemberdayaan bagi masyarakat sekitar melalui kelompok wanita tani.

Kegiatan pendampingan budidaya ini merupakan salah satu program sosial perusahaan bertajuk H2B (Hamemayu Hayuning Bawana). Filosofi Jawa ini memiliki arti untuk menjaga kelestarian dan keselarasan hubungan dengan Tuhan, alam, dan manusia. Seperti arti filosofi tersebut, melalui program H2B kami mengusahakan kelestarian dan keselarasan antara alam dan manusia.

Kegiatan ini berjalan sejak 2020 lalu dengan melakukan pemetaan lahan serta sosialisasi terhadap kelompok wanita tani. Sejalan dengan kondisi saat itu di awal Pandemi Covid-19, penanaman komoditas jahe ini dirasa tepat untuk mewujudkan desa sehat berkelanjutan. Jahe memiliki khasiat yang baik untuk kesehatan dan harga jualnya yang relatif tinggi di pasaran. 

Masyarakat Turi sejak beberapa dekade terkenal sebagai petani salak. Untuk itu kami menggunakan sistem tumpang sari (polikultur) dalam melakukan budidaya jahe. Ini bertujuan untuk memperkaya keberagaman komoditas pada lahan tersebut.

Apa yang menjadikan panen jahe merah ini berbeda? Berikut adalah rangkumannya:

Demplot jahe ini ditanam menggunakan teknologi pupuk Indmira yaitu produk SAN dan SNN. Pertama, SAN berguna untuk membenahi tanah sehingga mencukupi unsur hara pada tanah. Kedua, SNN berguna untuk membantu pertumbuhan vegetatif pada tanaman. 

Produktivitas lahan jahe merah yang digarap Indmira bersama KWT Bangun Sari tergolong sangat baik karena dengan luas lahan 42 m2 dapat menghasilkan jahe merah sebanyak 50 kg. Artinya produktivitas 1 m2 lahan bisa menghasilkan sebanyak 1,2 kg jahe merah.

Tidak hanya selesai pada tahap budidayanya saja, INDMIRA juga memberikan pelatihan pasca panen kepada KWT dalam mengelola dan memasarkan hasil panen. INDMIRA mengundang Agradaya yang bergerak pada pengelolaan hasil rempah menjadi produk minuman. Anggota KWT belajar mulai dari pengolahan lahan, penanaman bibit,  budidaya, proses panen, pengelolaan pasca panen hingga pemasaran budidaya jahe tersebut. 

Jahe pasca panen sangat berpotensi untuk diolah sebelum dipasarkan. Olahan jahe tersebut bisa berupa minuman herbal, permen, penyedap rasa, dan masih banyak yang lainnya. Selain menambah jangka waktu penyimpanan, olahan jahe juga bisa meningkatkan pendapatan daripada menjual jahe merah mentah secara langsung. Berpegang pada“a better way to grow” kami memberikan pendampingan masyarakat untuk semakin berkembang.