Sabtu, 16 November 2024 – Medan – Testing Bahasa
Green revolution menimbulkan dilema antara dua kepentingan, yaitu sisi ekonomi dan ekologi. Upaya intensifikasi dan ekstensifikasi yang besar-besaran mendorong input pertanian lebih condong pada penggunaan bahan kimia sintetis baik itu pupuk maupun pestisida. Ditambah model budidaya yang monokultur dengan menanam jenis tanaman yang sama terus menerus setiap musim berpotensi menimbulkan ketidakseimbangan ekosistem akibat lingkungan yang homogen. Ketidakseimbangan ekosistem inilah yang mejadi pemicu terjadinya ledakan hama. Munculnya berbagai macam jenis hama dan eksplosi diberbagai daerah menjadi pendorong dibutuhkannya upaya pengendalian secara cepat. Begitu pula di pertanaman padi, banyak hama yang menyerang diantaranya wereng, tikus, burung, walang sangit, ulat dan berbagai macam lainnya, semuanya membutuhkan waktu singkat upaya penanganannya agar tidak terjadi ledakan sehingga dipilihlah alternative pestisida kimia yang mampu membunuh secara langsung dan spektrumnya luas pada berbagai macam hama. Namun penggunaan pestisida sintetis sering terjadi tidak tepat sasaran sehingga matilah berbagai macam jenis musuh alami yang akhirnya menjadi penyebab resurjensi (meningkatnya jumlah hama setelah pengaplikasian pestisida) dan resistensi (meningkatnya jumlah hama karena matinya organisme yang peka dan menyisakan organisme yang tahan serta matinya musuh alami) hama. Musuh alami adalah organisme baik hewan ataupun mikroba yang ada di alam berfungsi sebagai pengontrol populasi hama. Penggunaan musuh alami adalah salah satu cara yang menjadi rujukan dalam rangka pengendalian hama terpadu (PHT). Musuh alami hama dapat berupa predator (pemakan sesame), parasitoid (parasit serangga) dan juga entomopatogen (mikroba antogonis serangga). Meningkatkan jumlah musuh alami dapat mengurangi kerusakan tanaman serta pencemaran lingkungan akibat input kimia. Musuh alami yang digunakan sebagai pengendali popolasi hama umumnya disebut sebagai pengendali hayati. Salah satu strategi untuk memaksimalkan fungsi dan peran musuh alami pada lingkungan yang paling rasional konservasi lingkungan dalam rangka menyediakan pakan dan lingkungan tumbuh yang nyaman bagi musuh alami. Manajemen habitat diartikan sebagai upaya memanipulasi habitat lokal agar sesuai bagi musuh alami sehingga daya tekan terhadap populasi hama meningkat, dan salah satu diantaranya adalah dengan sistem tanam beragam (polyculture). Schellhorn dan Sork (1997) menunjukkan bahwa keragaman vegetasi dapat meningkatkan keragaman artropoda herbivora dan karnivora. Refugia adalah pertanaman beberapa jenis tumbuhan yang dapat menyediakan tempat berlindung, sumber pakan dan daya lain bagi musuh alami seperti predator dan parasitoid. Refugia memiliki fungsi sebagai habitat alternative dalam usaha konservasi musuh alami. Jenis tanaman refugia dapat bermacam-macam seperti tanaman hias dengan contoh bunga matahari, bunga kertas, dan kenikir, gulma contohnya seperti babandotan, ajeran dan bunga tahi ayam. Refugia yang saat ini dikembangkan umumnya adalah tanaman berbunga cerah yang berfungsi menarik serangga-serangga predator, parasitoid dan polinator seperti lalat syrpid dan jala. Selain sebagai penarik serangga, refugia juga dapat difungsikan nilai estetika dan ekonomis. Nilai estetika lingkungan dapat diperoleh dari warna bunga macam-macam yang diatur sepanjang pematang sawah akan menambah keindahan lingkungan, dan hal ini yang akan menarik anak-anak untuk semenjak kecil dikenalkan pertanian, sehingga harapannya nanti mau kembali ke pertanian. Sementara itu nilai ekonomi didapat dari macam bunga yang ditanam, hasilnya dapat dipetik lagi sebagai sayuran ataupun yang lainnya seperti bunga kenikir daunnya dapat dijual sebagai sayur lalapan ataupun bunga matahari dapat diambil bijinya dan yang paling penting banyak pula yang dapat digunakanuntuk bahan-bahan kesehatan. Menanam macam-macam bunga refugia sekarang tidak hanya mencakup satu fungsi saja tapi tiga sekaligus ekologi, ekonomi dan estetika.
Daerah Aliran Sungai atau DAS merupakan daerah yang dibatasi punggung-punggung gunung dimana air hujan yang jatuh pada daerah tersebut akan ditampung oleh punggung gunung tersebut dan dialirkan melalui sungai-sungai kecil ke sungai utama. Wilayah DAS yang tertutupi oleh hutan perlu dijaga dan dipulihkan dari kerusakan, mengingat DAS memiliki fungsi yang vital untuk lingkungan dan masyarakat. Berikut fungsi DAS untuk lingkungan dan masyarakat: 1. Sumber Mata Pencaharian Masyarakat Kawasan DAS memiliki sumber daya berupa air dan tutupan hutan yang digunakan oleh masyarakat untuk sumber penghasilan. Masyarakat bekerja sebagai petambak ikan, petani, pencari kayu, dan peternak. Penduduk yang tinggal di sekitar DAS Brantas mencapai 18.995.043 jiwa dari total 38.847.561, atau hampir 50% dari total penduduk di Jawa Timur. DAS Brantas mempunyai fungsi yang penting bagi masyarakat yang tinggal disekitarnya terutama menjadi sumber penghasilan. 2. Irigasi Lahan Pertanian DAS mampu mengairi ribuah lahan pertanian serta memberikan air bagi ternak dan tanaman dan tentunya bagi masyarakat. Peranannya sebagai sumber resapan air membuat DAS krusial dalam menyediakan aliran air yang dibutuhkan oleh lahan pertanian. DAS di kawasan hulu yang mengairi danau atau menjadi sumber air dari bendungan dimanfaatkan untuk pasokan air pertanian. 3. Pencegahan Banjir Banjir terjadi karena adanya ketidakmampuan tanah dalam menjalankan fungsinya menyerap dan mengalirkan air dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah. Salah satu peran DAS ialah menjaga agar aliran air tidak terjadi dengan cepat dari hulu ke hilir. DAS memegang peranan dalam menyerap air melalui fungsi vegetasi yang ada pada DAS. Sebagaimana yang diperankan oleh DAS Brantas selama bertahun tahun menjaga agar wilayah Jawa Timur tidak terjadi banjir bandang. Akan tetapi, selama periode 2015-2018 Kota Batu sebagai titik hulu DAS Brantas mengalami perubahan lahan sebesar 2080.94 ha. 4. Mencegah Aliran Massa Tanah dari Hulu ke Hilir Tanah sebagai materi yang tersusun atas partikel-partikel kecil seperti pasir, debu dan liat mudah terbawa oleh adanya aliran air. Hal ini dapat terjadi karena tidak adanya vegetasi yang melindungi permukaan tanah dari hantaman partikel hujan yang mampu memecah ikatan antar partikel tanah. DAS sebagai wilayah yang ditumbuhi oleh vegetasi penting untuk dijaga agar dapat memerankan fungsinya untuk menahan massa tanah yang ada di wilayah hulu ke hilir. DAS Garang pada area hulu sebesar memiliki bahaya erosi sebesar 113,19 ton/ha/tahun, sedangkan tingkat bahaya erosi pada area hilirnya sebesar 49,34 ton/ha/tahun. Bahaya erosi di daerah hulu lebih besar dibandingkan hilir, sehingga wilayah hulu sangat penting berperan sebagai pencegah aliran massa tanah. Permasalahan DAS di Indonesia DAS yang mencakup kawasan hutan juga dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar. Pemanfaatan sumber daya alam yang tidak terkendali mempengaruhi fungsi dan keseimbangan lingkungan termasuk proses-proses hidrologis di dalam wilayah DAS. Indonesia dilaporkan memiliki 5.590 sungai utama dan 65.017 anak sungai. Dari 5,5 ribu sungai utama panjang totalnya mencapai 94.573 km dengan luas Daerah Aliran Sungai (DAS) mencapai 1.512.466 km2. Banyaknya jumlah sungai dengan luas DAS yang besar justru sering dilaporkan terjadinya bencana banjir. Banjir bandang yang kerap terjadi di berbagai wilayah Indonesia menimbulkan banyak kerugian baik secara finansial maupun lingkungan. Adanya gangguan atau fenomena terutama di aliran sungai seperti banjir bandang menjadikan indikasi bahwa adanya perubahan fungsi DAS. Padahal daerah sekitar DAS memberikan manfaat yang beragam terutama untuk masyarakat. Permasalahan lain yang tidak kalah serius dan biasa terjadi pada berbagai DAS ialah adanya penurunan kualitas air yang tidak sesuai dengan standar persyaratan walaupun jumlahnya melimpah. Air bersih yang terbatas mengharuskan masyarakat mampu mengelola dan memanfaatkan sumber air secara baik dan bijaksana. Kualitas air yang menurun ini banyak terjadi akibat adanya pencemaran yang terjadi pada DAS. DAS yang pernah mengalami pencemaran ialah DAS Citarum, dimana pernah dilaporkan mengandung logam berat berupa timbal dengan kisaran 0,01 mg/L – 0,08 mg/L dan kadmium dengan kisaran 0,003 mg/L – 0,01 mg/L. Sehingga kualitas air yang dimiliki masuk pada kelas II dimana terindikasi adanya pengaruh dari aktivitas Industri. Perlu adanya langkah pelestarian agar fungsi dan peran DAS tetap berjalan sebagaimana mestinya serta membawa manfaat kepada masyarakat. Perlu Adanya Upaya Pelestarian DAS menjadi wilayah yang berperan sebagai penangkap air dan memegang peran penting untuk menyediakan kebutuhan air bagi manusia. DAS juga memiliki peran penting untuk menjaga lingkungan termasuk fungsi hidrologis seperti kualitas air, pencegahan banjir dan kekeringan saat musim kemarau. DAS juga mampu mengurangi aliran massa tanah dari wilayah hulu ke hilir sehingga fenomena sedimentasi di wilayah hilir dapat berkurang. Beberapa langkah pelestarian yang dapat dijalankan antara lain mencakup aspek fisik hingga sosial dari fungsi DAS, langkah pelestarian tersebut ialah sebagai berikut : 1. Pemantauan dan Evaluasi DAS Salah satu upaya untuk menjaga fungsi DAS adalah dengan melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap kondisi DAS secara teratur. Pelestarian dapat diupayakan melalui kegiatan pemantauan dan evaluasi dan dapat berjalan efektif apabila dilakukan secara bersama masyarakat. Untuk menilai keberhasilan pengelolaan sumberdaya alam perlu dilakukan dengan pendekatan sistem DAS atau sub-DAS. Hal ini akan lebih memudahkan karena input alami yang masuk, berupa air hujan dan input yang berasal dari sistem pengelolaan lahan akan diproses dalam DAS tersebut. Masyarakat yang tinggal di wilayah sekitar DAS serta merasakan perubahan fungsi hidrologi dari DAS secara partisipatif diajak untuk melakukan pemantauan. Oleh karena itu dengan melibatkan masyarakat dalam proses pemantauan dan evaluasi, dapat meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap lingkungan terutama DAS. Sebelum melakukan pemantauan dan evaluasi fungsi hidrologi DAS, pemahaman mengenai hidrologi dan DAS perlu dibangun. Aktivitas demikian pernah dilakukan Indmira pada kegiatan Rehabilitasi DAS Bombana. Rehabilitasi ini melibatkan masyarakat dan tentunya membawa dampak baik terutama dalam mengembalikan fungsi DAS yaitu menyimpan dan menyediakan air bersih. 2. Rehabilitasi DAS Kegiatan rehabilitasi DAS dilakukan dengan penuh pertimbangan terutama mengacu pada dokumen perencanaan dan peraturan yang telah berlaku. Dokumen yang dijadikan acuan pada rencana rehabilitasi seperti pemilihan jenis tanaman yang akan ditumbuhkan. Jenis tanaman yang dipilih disesuaikan dengan kondisi topografi, sosial dan masyarakat. Rencana ini dilakukan untuk menjamin keberlanjutan secara ekologi dan sosial ekonomi masyarakat. 3. Pemberdayaan Masyarakat Masyarakat sebagai penerima langsung manfaat dari DAS perlu turut serta untuk menjaga serta merawat sumber daya yang terdapat pada wilayah DAS. Edukasi menjadi jalan terbaik agar masyarakat mau berpartisipasi menjaga kelestarian DAS. Kelestarian DAS dapat terwujud apabila masyarakat sadar peran dan fungsi serta dampak yang akan terjadi ketika terjadi
Organisme tanah sebagai salah satu komponen pendukung produksi dapat berperan sebagai agen daur energi dan hara di dalam tanah, perbaikan sifat fisik tanah, dan pengendali serangan hama-penyakit. Populasi organisme tanah yang merupakan sumberdaya penting dan berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. Sifat dasar organisme tanah yang mampu berkembangbiak, beradaptasi serta memiliki kemampuan mobilisasi sesuai kondisi habitatnya akan mampu mengimbangi dinamika perubahan ekosistem yang ada di sekitarnya. Aktivitas organisme tanah yang merupakan organisme heterotrof akan berlangsung ketika bahan organik sebagai sumber energi tersedia untuk mendukung kehidupan mereka. Tanpa adanya aktivitas organisme tanah, bahan organik tersebut akan tetap utuh di dalam tanah dan bahkan dapat mengganggu sistem produksi tanaman. Secara umum, kehadiran organisme tanah dapat berperan sebagai agen yang mampu meningkatkan ketersediaan unsur hara. Tanpa adanya peran organisme tanah mineralisasi/dekomposisi mineral ataupun bahan organik tanah berlangsung lambat. Adanya aktivitas perombakan bahan organik, hara-hara yang terkandung di dalamnya dilepaskan dalam bentuk tersedia bagi tanaman, baik hara makro maupun mikro. Organisme tanah dapat berperan dalam perbaikan sifat fisik tanah, sebagai predator hama ataupun agens hayati yang melawan penyakit. Nah, pernahkah mendengar organisme tanah baik makro maupun mikro? Berikut merupakan contoh organisme tanah dan juga manfaatnya bagi lingkungan. Semut Semut merupakan serangga yang banyak ditemukan di berbagai jenis ekosistem. Semut dikenal memiliki peran sebagai serangga yang mengganggu di rumah. Akan tetapi, ternyata manfaat dan perannya jauh lebih besar di tempat yang tepat. Semut memiliki peranan sebagai agens pengurai bahan organik di tanah. Selain sebagai salah satu organisme pengurai beberapa bahan organik, semut juga termasuk sebagai musuh alami atau predator, karena memiliki sifat memangsa serangga yang lebih kecil. Sebagai contoh semut rang-rang menjadi predator hama trips sehingga dapat mengurangi populasinya. Cacing Tanah Cacing tanah dijumpai pada tanah yang memiliki kondisi tanah yang lembab dan subur. Cacing tanah yang ada didalam tanah akan mencampurkan bahan organik pasir ataupun bahan antara lapisan atas dan bawah. Aktivitas ini juga menyebabkan bahan organik akan tercampur lebih merata. Kotoran cacing tanah juga kaya akan unsur hara. Cacing tanah memiliki peran untuk meningkatkan nutrisi dalam tanah serta menjaga struktur tanah. Kotoran yang diproduksi cacing tanah juga mampu menjadi bahan penggembur tanah. Keberadaan cacing tanah juga dapat memperbaiki aerasi tanah. Black Soldier Fly (BSF) Lalat BSF berbeda dengan lalat pada umumnya karena tidak membawa patogen penyakit. Lalat BSF juga dapat menjadi pengganti kapsul pil yang terbuat dari larvanya. Larva lalat BSF dikenal oleh umum dengan nama Maagot. Maggot dapat ditemukan dalam kompos, biasanya satu kilogram maggot dapat mengkonsumsi satu kilogram sampah organik. Maggot bermanfaat bagi petani untuk menggantikan pakan ternak seperti unggas dan ikan. Jamur Mikroriza Mikoriza memiliki peran dalam meingkatkan pertumbuhan tanaman melalui mekanisme perlindungan tanaman terhadap patogen akar dan unsur toksik. Mikoriza memiliki mekanisme dapat memecah unsur hara yang terjerap oleh logam berat dan ion penyebab tanah masam sehingga menjadi tersedia bagi tanaman. Secara biologis, struktur mikoriza berfungsi sebagai pelindung bagi akar agar tidak terjadi infeksi oleh patogen akar. Selain itu, jamur mikoriza membawa manfaat dapat melepaskan antibiotik yang dapat mematikan patogen. Bakteri Pelarut Unsur Hara Tanah secara mikroskopis dihuni oleh ratusan bahkan ribuan populasi mikroorganisme, baik dari golongan bakteri ataupun cendawan serta mikroba mikroba lain. Bakteri menjadi salah satu golongan mikroorganisme yang banyak ditemukan di dalam tanah, baik yang memiliki simbiosis dengan tanaman ataupun menjadi patogen. Bakteri yang banyak ditemukan bersimbiosis dengan tanaman seperti Rhizobium sp., Clostridium sp. dan Azotobacter sp. Bakteri ini mampu memfiksasi nitrogen di udara sehingga menjadi tersedia dan dimanfaatkan oleh tanaman. Selain itu bakteri yang berasal dari genus Pseudomonas Bacillus serta fungi diketahui dapat melarutkan fosfat sehingga dapat diserap tanaman.
Indonesia merupakan negara dengan 30% wilayahnya adalah daratan dengan kekayaan mineralnya yang melimpah. Namun kekayaan alam ini bisa menjadi dua mata pisau yaitu meningkatkan ekonomi negara namun juga dapat mendatangkan permasalahan ekologis yang besar bila pasca eksplorasi tidak dikelola dengan bijak. Lahan-lahan bekas eksplorasi hadir sejalan dengan masalah yang menyertainya seperti tingkat keasaman lahan yang ekstrem, hilangnya top soil, hingga sedikitnya unsur hara pada tanah. Lahan ini memang tidak terlihat di depan mata oleh masyarakat namun keberadaannya tersebar di berbagai daerah tambang. Lahan kritis pascatambang ini dapat kita temui diantaranya di Pulau Bangka Belitung, Tanjung Pinang, Dabo Singkep, Sanga-Sanga, Samarinda dan berbagai wilayah eksplorasi tambang. Luasan ini sangat kecil jika dibandingkan dengan total luas wilayah Indonesia secara keseluruhan. Namun, lahan pascatambang ini perlu dipulihkan untuk mengembalikan keseimbangan alam dan dapat kembali dimanfaatkan. Oleh sebab itu, perlu upaya rehabilitasi lahan atau reklamasi tambang bagi lahan paskatambang dengan cara yang tetap ramah lingkungan. Lantas bagaimana reklamasi tambang atau rehabilitas lahan marginal dilakukan dengan tepat? Salah satu solusinya adalah dengan pemberian biostimulan. Biostimulan merupakan produk berbasis organik dan diperkaya dengan mikroba yang dapat menstimulasi pembentukan topsoil pada tanah serta membantu mengurangi polutan pada tanah terutama karena aktivitas penambangan. Dengan penerapan biostimulan pada lahan marginal akan membantu proses pelapukan lapisan tanah yang dibantu oleh mikroba dan mampu menghasilkan berbagai jenis asam organik. Asam organik tersebut yang akan mendukung pertumbuhan mikroba lain seperti fungi dan juga lumut. Tumbuhnya lumut akan meningkatkan proses pelapukan kembali sehingga meningkatkan ketersediaan nutrien untuk tanaman tingkat tinggi serta kemampuan tanaman LCC agar mudah tumbuh. Dalam menghadirkan kebutuhan biostimulan untuk meningkatkan pemanfaatan lahan marginal, Indmira telah mengembangkan berbagai jenis biostimulan yang berbasis pada inokulum mikroba, asam humat, asam fulvat, asam amino, ekstrak nabati dan hewani. Beberapa paket produk diantaranya yaitu RBT, SAN Pembenah Tanah, dan SAN Tanaman. Produk biostimulan yang dikembangkan Indmira mengandung ± 60-90 unsur yang dibutuhkan oleh alam dan isinya, diantaranya yaitu unsur makro dan mikro, asam organik, ZPT Organik, serta konsorsium mikroba. Kandungan inilah yang akan memicu terjadinya proses pedogenesis atau pembentukan tanah pada lahan yang berpolutan atau tanah tanpa top soil. Penerapan biostimulan ini sangat berpengaruh pada perbaikan tanah karena fungsi dari produk ini sendiri yaitu mampu menjadi faktor aktif (mikroba) dalam proses pelapukan batuan dan pembentukan tanah. Selain itu, biostimulan produk indmira dapat mendegradasi mineral dan batuan karena kapasitas pengasaman dan penlekatannya dari berbagai jenis asam organik yang terkandung. Biostimulan indmira juga berperan dalam membantu proses penggemburan tanah, menetralisisr logam-logam berat seperti Fe, Mn, Hg serta mampu menetralisir pH.
Dampak dari aktifitas penambangan adalah penggalian tanah hingga menembus lapisan bantuan mineral. Dari berbagai jenis batuan mineral yang tersingkap ke luar, ada jenis mineral yang perlu diolah khusus karena memiliki dampak buruk pada lingkungan. Salah satu jenis batuan mineral ini adalah mineral sulfida. Mineral sulfida akan tersingkap naik akibat penggalian, kemudian mineral atau bantuan sulfida tersebut kontak langsung dan teroksidasi oleh oksigen. Reaksi mineral sulfida dengan oksigen tersebut menghasilkan batuan yang menganduk besi ferro, sulfat dan tingkat keasamaan tinggi yang disebut Potential Acid Forming (PAF). Air hujan ataupun air tanah yang terkena hasil oksidasi bantuan sulfida inilah yang tingkat pHnya akan menurun (asam) sehingga disebut air asam tambang. Air asam tambang ini mengalir melewati batuan dan tanah di sekitarnya sehingga turut mengubah pH tanah dan bantuan menjadi asam. Bebatuan dan tanah yang terkena air asam tambang akan menjadi seperti lempung dan lengket bila terkena air. Kontaminasi air asam tambang dengan tanah sekitar tambang akan mengakibatkan tanaman tidak dapat tumbuh. Dampak kerusakan akibat air asam tambang masih akan mencemari lingkungan walaupun aktifitas tambang telah berhenti. Kondisi ini mengkhawatirkan bagi masyarakat setempat yang hidup dan pekerjaannya bergantung pada tanah dan air sekitar lokasi tambang. Oleh karena itu, perlu ada proses pengolahan PAFnya yang jadi penyebab terbentuknya air asam tambang. Dalam usaha memberikan solusi, sejak Maret 2020, tim riset Indmira melakukan pengolahan terhadap batuan/tanah PAF untuk meningkatkan pHnya mendekati normal. Dalam ujicoba ini, tim riset Indmira memberikan perlakuan terhadap PAF yang diambil dari salah satu lahan tambang emas di Kalimatan Selatan. Perlakuan dilakukan dengan menambahkan produk maupun microba yang dapat meningkatkan pH dari PAF. Pengolahan PAF juga dilakukan dengan menambahkan produk Indmira yang digunakan khusus untuk menggemburkan lahan bekas tambang yaitu RBT dan SAN PT. Bahan organik yang ditambahkan pada PAF telah mereduksi tingkat keasaman hingga pH-nya naik menjadi 5-6. Ditambah dengan penambahan RBT mampu membuat tekstur PAF menjadi lebih remah sehingga memungkinkan untuk ditanami. Hasil pengolah PAF ini telah diujicobakan untuk menanam tanaman semusim maupun tahunan. Pada tanaman semusim, PAF diujicobakan untuk menanam pakcoy dengan hasil pakcoy mampu bertahan hingga 14 HST dengan metabolisme yang belum maksimal. Ujicoba pada tanaman tahunan dilakukan pada tanaman Sengon yang saat ini masih berjalan 2 bulan masa tanam. Sedangkan ujicoba pada PAF kontrol (tanpa perlakuan) menghasilkan tanaman yang mati pada 1 HST. Ke depan, hasil riset ini akan menjadi acuan untuk riset selanjutnya agar dapat dikembangkan menjadi solusi bagi pencemaran lingkungan di sekitar area tambang.
Sumber daya alam yang terdiri dari air, tanah, udara dan organisme yang hidup didalamnya merupakan komponen penting dalam mendukung kehidupan. Segala hal yang tercakup tersebut hidup dalam satu kesatuan yaitu lahan. Seringkali lahan disama artikan dengan tanah, padahal secara pengertian justru tanah merupakan salah satu komponen yang ada dalam sebuah lahan. Lahan menjadi tempat bernaung segala komponen kehidupan baik biotik atau abiotik. Sebagai sebuah tempat bernaung, dipastikan ada sebuah mekanisme yang menjaga agar tetap terjaga. Sebagaimana masing masing komponen membawa peranannya tersendiri seperti tanah sebagai media tumbuh dan berkembang berbagai organisme, udara sebagai sumber kehidupan untuk melakukan proses proses metabolisme, air sebagai katalisator alam dalam memastikan proses kimia tetap berjalan serta masing masing organisme hidup yang membawa perannya tersendiri. Faktor eksternal seperti aktivitas manusia yang tidak bijak serta adanya perubahan makro yang terjadi pada alam sering membuat gangguan di sebuah lahan. Seperti aktivitas deforestasi yang secara mendadak membuat tutupan lahan berupa vegetasi pohon terbuka. Hal ini menyebabkan sebuah guncangan terhadap komponen yang hidup dibawah tegakan baik itu komponen biotik dan abiotik. Perubahan yang terjadi secara insidental membuat komponen lahan bekerja tidak pada alur biasanya. Tanah yang seharusnya menyimpan karbon justru kehilangan fungsinya dan berdampak kepada fungsi penting lain seperti menyimpan air dan menjaga stabilitas tanah. Air yang seharusnya dapat disimpan dan menjadi sumber kehidupan bagi masyarakat justru hilang dan terbuang begitu saja. Luas lahan yang terdegradasi di Indonesia selalu bertambah, tahun 1968 dilaporkan luas lahan terdegradasi di Indonesia 20 juta ha, tahun sembilan puluhan sekitar 40 juta ha, dan pada tahun 2008 mencapai 77,8 ha. Lahan terdegradasi dan menjadi kritis (rusak, tandus, gundul) pada sektor pertanian di tahun 1993 seluas 18 juta ha, dan pada tahun 2003 telah mencapai 23,2 juta ha. Angka tersebut menunjukan bahwa aktivitas pertanian meningkatkan lahan kritis sebanyak 5,2 juta hektar dalam waktu 10 tahun. Sektor pertambangan dilaporkan bahwa pada tahun 2011 memberikan dampak lahan kritis dengan luas lahan lahan terdegradasi mencapai 104,2 juta hektar . Hal ini antara lain disebabkan oleh kegiatan penambangan karena Indonesia memiliki kekayaan berbagai macam deposit mineral tambang yang melimpah, seperti batubara, nikel, emas, bauksit, besi dan sebagainya. Penambangan telah menjadi kontributor terbesar dalam pembangunan ekonomi Indonesia selama lebih dari 30 tahun. Sehingga tidak heran jika lahan terdegradasi yang muncul dari sektor pertambangan cukup besar. Beberapa hal penting yang menjadi alasan mengapa lahan sangat penting untuk diperbaiki antara lain 1. Tekstur dan Struktur Tanah Sangat Berpengaruh Terhadap Pertumbuhan tanaman Tanaman dapat tumbuh ideal, membutuhkan tekstur dan struktur tanah yang mendukung pertumbuhan tanaman. Struktur tanah ideal adalah tanah yang mantap dan aerasi baik. Namun, dalam beberapa kondisi terdapat lahan dengan struktur tanah yang keras atau terlalu lepas seperti berpasir. Tanah yang memiliki tekstur dan struktur keras kurang dapat mendukung penetrasi akar serta sebaran air tanah. Akibatnya tanaman tidak dapat tumbuh dengan optimal dikarenakan perakaran tidak dapat menjangkau dan mencengkeram tanah dengan baik. Struktur tanah mempengaruhi banyak sedikitnya aliran air dan pergantian antar ion unsur hara pada permukaan tanah. Beberapa tipe struktur tanah juga memiliki hubungan dengan kemampuan tanah untuk meneruskan air. Sehingga tekstur dan struktur tanah berkaitan erat dengan air yang secara tidak langsung berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. 2. pH tanah masam dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan tanaman Pada beberapa kondisi tanah mengalami perubahan pH atau tingkat keasaman tanah. Salah satunya pada lahan pasca tambang yang sering mengalami reaksi mineral sulfida dengan oksigen tersebut dan menghasilkan batuan yang mengandung besi ferro, sulfat dan tingkat keasamaan tinggi yang disebut Potential Acid Forming (PAF). Kondisi seperti ini pada tanah akan mengakibatkan tanaman tidak dapat tumbuh. Kadar pH yang masa seperti halnya pada tanah PAF biasanya ditemukan di lahan pasca tambang dimana pada kondisi asam biasanya tanaman tidak mampu tumbuh dengan baik karena zat hara tidak dapat diserap oleh tumbuhan secara optimal. Untuk mengurangi kadar keasaman tanah kita dapat melakukan dengan pemberian dolomit atau kapur pertanian. 3. Lahan Minim Unsur Hara sulit untuk menjadi habitat makhluk hidup Kegiatan pertambangan biasanya melakukan pembolak balikan tanah yang menyebabkan adanya perubahan susunan lapisan tanah. Salah satu lapisan tanah yang banyak dibutuhkan ialah lapisan top soil. Lapisan top soil merupakan rumah bagi beragam makhluk hidup dan tentunya bagi tanaman. Efek yang ditimbulkan pada kegiatan pertambangan antara lain adalah adanya perubahan susunan lapisan tanah, sehingga mengalami kehilangan bahan organik penting. Bahan organik yang hilang menyebabkan adanya perubahan pada karakteristik fisik tanah, tanah mudah mengalami erosi dan menjadi tidak kokoh ketika terjadi hujan. Tanah mudah lepas dan berdampak tidak langsung pada lingkungan terutama pada wilayah hilir. 4. Dampak dan Upaya Perbaikan Kerusakan Lahan Lahan terdegradasi dapat berpotensi sebagai sumber emisi Gas Rumah Kaca (GRK) karena memiliki kerentanan pada kebakaran di musim kemarau atau banjir di musim hujan. Banjir menjadi salah satu kasus terbanyak yang terjadi akibat kerusakan lahan, setidaknya banjir mampu menyebabkan kerusakan baik itu secara material atau bahkan merenggut nyawa. Sebagaimana banjir bandang yang terjadi di Papua dan Kota Batu Jawa Timur yang merupakan akibat adanya degradasi wilayah hulu akibat berubahnya fungsi hutan menjadi wilayah komersil. Selain itu, degradasi lahan juga mampu menyebabkan adanya pencemaran lingkungan. Limbah pertambangan biasanya tercemar asam sulfat dan senyawa besi yang dapat mengalir keluar daerah pertambangan. Air yang mengandung kedua senyawa ini akan menjadi asam. Limbah pertambangan yang bersifat asam bisa menyebabkan korosi dan melarutkan logam-logam berat sehingga air yang dicemari bersifat racun dan dapat memusnahkan kehidupan akuatik. Sehingga perlu adanya upaya untuk memperbaiki lahan terdegradasi tersebut dengan metode yang tepat agar kegiatan tetap berprinsip berkelanjutan. Jika degradasi terjadi karena kerusakan bentang lahan, tentu saja teknologi yang dikembangkan adala harus bersifat pengembalian komponen lahan, baru dilakukan aktivitas berikutnya, yang meliputi perbaikan sifat tanah, kemudian diikuti dengan penanaman kembali. Jika degradasi yang terjadi dalam bentuk pemiskinan hara tanah, maka teknologi pemulihan yang dikembangkan harus bersifat pengkayaan, baik pengkayaan bahan organik maupun unsur hara, dan pada kondisi tertentu mungkin juga memerlukan penambahan bahan amelioran. Untuk mengoptimalkan usaha pemulihan lahan dan mencegah proses degradasi lahan terus berlanjut, maka pada kasus degradasi lahan yang terjadi karena erosi, maka pencegahan erosi harus menjadi prioritas. Jika degradasi lahan terjadi akibat pencemaran, maka
Abad ke-21 menjadi masa yang menantang bagi bumi, karena sering munculnya ketidakseimbangan dalam proses alam seperti bencana ekstrim, gelombang panas, kebakaran hutan hingga badai yang ganas. Sebanyak 70 badai tropis dilaporkan telah melanda wilayah bumi di bagian utara serta menghancurkan beberapa wilayah seperti Kepulauan Mariana, Filipina, Vietnam dan sekitarnya. Climate Prediction Center sebagai salah satu divisi di National Oceanic and Atmospheric Administration melaporkan bahwa fenomena El Nino telah mengalami peningkatan yang pesat hingga mencapai 80% jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Tidak menutup kemungkinan bahwa bencana akan melanda Indonesia sebagaimana yang telah sering terjadi kebakaran hutan di wilayah Riau. El nino juga memberikan dampak yang sangat signifikan terhadap perubahan iklim yang tidak dapat diprediksi dengan akurat. Kekeringan dan hujan seolah tidak memiliki siklus dan tidak dapat diketahui kedatangannya dalam jangka waktu yang panjang. Fenomena ini membawa ketidak seimbangan bagi kehidupan di dalamnya, bahkan menimbulkan bencana seperti kelaparan, banjir bandang hingga resiko kebakaran hutan. Hal ini terjadi karena terdapat suatu hal yang menyebabkan bumi mengalami perubahan dan tidak lain akibat dari fenomena pemanasan global. Suhu bumi dilaporkan mengalami peningkatan setidaknya sebanyak 1,5 derajat celcius pada saat ini akibat dari efek rumah kaca yang terjadi. Efek ini disebabkan karena terperangkapnya udara panas radiasi matahari yang tertahan oleh akumulasi lapisan gas rumah kaca (CO2, metana, N2O) yang seharusnya dipantulkan ke luar angkasa. Selama 20 tahun terakhir, hal ini terjadi akibat adanya pasokan gas karbon dioksida yang diproduksi secara masif akibat aktivitas manusia dengan kontribusi yang cukup besar mencapai 64% terhadap total peningkatan efek pemanasan global. Kandungan CO2 bahkan dilaporkan mengalami kenaikan hingga 39% sejak era industri. Hal ini menunjukan bahwa peningkatan gas CO2 akan sebanding dengan kenaikan atau peningkatan aktivitas manusia. Perlu adanya upaya untuk merubah pola ini, yang mana seharusnya peningkatan aktivitas manusia justru menurunkan laju peningkatan gas CO2 agar bumi tetap terjaga. Hari Bumi tanggal 22 April 2022 mengusung tema “Invest in Our Planet” Investasi di Planet Kita dengan sub tema “Nature in the Race to Zero” atau Alam dalam Perlombaan Menuju Nol. Perlu disadari bahwa emisi gas rumah kaca di bumi mengalami peningkatan, suhu global mengalami kenaikan hingga 1,5°C. Fokus utama dalam tindakan penurunan suhu bumi ini ialah mereduksi penggunaan bahan bakar yang terbuat dari fosil serta beragam cara lain agar penggunaan atau emisi gas rumah kaca tidak meningkat. Bumi sebagai salah satu tempat hidup juga membutuhkan ruang untuk mengevaluasi atau mengetahui bagian yang mengalami kerusakan. Akan tetapi, dengan pesatnya aktivitas manusia maka bumi menjadi sulit untuk memperbaiki sistemnya yang telah mengalami kekacauan. Saat bumi mengalami Ketika alam tersakiti maka ia akan mengeluarkan murka berupa bencana. Perlu adanya tindakan yang tegas untuk melakukan upaya ini baik oleh individu ataupun swasta dengan tujuan yang sama yaitu memperbaiki rumah yang dihuni tidak lain yaitu bumi. Sayangnya, saat ini baik individu dan swasta masih jarang untuk melakukan upaya khusus untuk mendedikasikan sebagian hidupnya untuk bumi. Akan tetapi, tidak jarang juga sosok individu dan perusahaan yang memiliki program khusus untuk merawat bumi karena mereka sadar betapa butuhnya mereka terhadap bumi. Pohon, Unit Investasi Kunci Keselamatan Bumi Sebanyak 71 persen dari total emisi karbon di bumi dilaporkan berasal adri 100 perusahaan, akan tetapi upaya pemulihan yang dilakukan oleh individu masih belum serius, bahkan melalui fasilitasi perusahaan juga minim partisipasi. Di sisi lain, kepunahan massal akibat aktivitas manusia sendiri terus berlangsung. Namun, tindakan nyata sekecil apa pun di level individu harus tetap dilakukan. Saat ini, suhu atmosfer bumi telah naik 1,5 derajat Celcius dibandingkan periode sebelum revolusi industri. Alternatif paling mudah yang dapat ditempuh ialah dengan mengembalikan kondisi lingkungan bumi sebagaimana mestinya yang mana dahulu terdiri dari pohon dan hutan dengan peranan sebagai penyimpan karbon dan penyeimbang alam. “Tidak ada alasan untuk tidak menanam pohon karena tidak mempunyai lahan, investasi yang tepat pada hal yang tepat dapat berkontribusi setara dengan menanam pohon demi kebaikan bumi” Walaupun penanggulangan tidak dapat dilakukan dengan menyeluruh, akan tetapi dampak iklim dapat diminimalisir oleh aktivitas yang dapat menyeimbangkan karbon. Terdapat dua hal yang dapat diterapkan baik oleh individu ataupun swasta dalam rangka menyeimbangkan karbon melalui penerapan tema hari bumi kali ini yaitu Invest in Our Planet. Pertama, bagi perusahaan dapat melakukan investasi pada proyek yang memiliki tujuan penyeimbangan karbon di alam. Proyek yang dimaksud dapat diterapkan pada beragam aktivitas seperti penggunaan energi ramah lingkungan, investasi pada pengembangan unit pengolahan limbah, hingga penggunaan dana sosial yang ditujukan untuk kegiatan reboisasi. Sebagai individu, juga dapat secara aktif berpartisipas mendukung perusahaan yang telah menjalankan bisnisnya dengan memperhatikan alam. Ketika memutuskan untuk menyisihkan sebagian uang untuk organisasi penyeimbang karbon, periksalah kepatuhan mereka terhadap standar pihak ketiga. Dengan adanya keseimbangan alam, industri dan masyarakat yang aktif berpartisipasi dalam melakukan investasi kepada alam maka bumi dapat terselamatkan. Kedua, sebagai konsumen dan masyarakat, perlu adanya dorongan khusus yang dapat mempertahankan tindakan perusahaan untuk tetap melaksanakan aktivitas penyeimbangan karbon. Lebih dari itu, sebagai individu juga dapat langsung memberikan contoh aktivitas konkrit melalui investasi pohon kepada organisasi yang melayani kegiatan penanaman pohon, sehingga perusahaan sebagai pengguna jasa lingkungan menjadi lebih termotivasi untuk terus melakukan tindakan penyeimbangan karbon. Referensi Ismiati, Marlita dan Saidah. 2014. Pencemaran Udara Akibat Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor. Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik (JMTransLog) Johnke, B., n.d. Emissions from Waste Incineration. Good Practice Guidance and Uncertainty Management in National Greenhouse Gas Inventories, pp. 455-468.
Indonesia dikenal dengan tanahnya yang subur dan hasil bumi yang melimpah. Orang berlomba mengolah tanah menjadi lahan produktif untuk mendapat profit sebanyak mungkin. Kini kesuburan tanah kian menurun akibat pengolahan tanah yang tidak bertanggungjawab ini, pencemaran dari berbagai limbah dan penggunaan pupuk kimia yang berlebihan. Langkah awal yang dapat kita lakukan saat ini adalah memahami kondisi tanah untuk dapat menentukan pengolahan tanah yang tepat. Dengan memahami kondisi kesuburan tanah maka kita dapat menentukan pengolahan lahan yang tepat. Tanah dapat dikatakan subur apabila tanah memiliki kandungan unsur hara yang cukup untuk mendukung pertumbuhan tanaman. Kandungan unsur hara yang cukup dalam tanah akan membantu pertumbuhan tanaman sehingga tanaman mampu menghasilkan produk dengan kualitas dan kuantitas baik. Berikut indikator kesuburan tanah dari karakteristik sifat fisik, kimia, dan biologi tanahnya. Secara fisik, 50% dari tanah tersusun atas mineral dan bahan organik, sedangkan 50% sisanya terdiri atas ruang pori yang terisi air dan udara. Tanah yang subur pada umumnya memiliki tekstur pasir, lempung dan debu yang seimbang. Pasir akan mengalirkan udara masuk ke dalam tanah sehingga dapat membantu akar tanaman untuk bernafas. Persentase pasir di dalam tanah perlu diimbangi dengan lempung yang dapat mengikat air untuk diserap tanaman dan debu yang merupakan serpihan bahan organik yang secara tidak langsung mampu memperkaya unsur hara untuk kepentingan tumbuh kembang tanaman. Indikator penting lainnya dalam menentukan kesuburan tanah adalah sifat kimia yang terdiri atas derajat kemasaman tanah (pH), kandungan unsur hara dan kandungan bahan organik (BO). Tingkat keasaman (pH) sangat berpengaruh terhadap kandungan unsur hara dan aktivitas mikroorganisme di dalam tanah. Tanah yang dikatakan subur adalah tanah yang memiliki pH sekitar 6 – 7,5 atau pada pH netral, karena pada pH tersebut kebanyakan unsur hara mudah larut dalam air dan mikroorganisme dapat berkembang dengan baik. Selain derajat keasaman, kandungan bahan organik dalam tanah memiliki peran untuk meningkatkan ketersediaan unsur hara dan meningkatkan kesuburan tanah. Dengan kata lain penyerapan unsur hara lebih maksimal karena bahan organik dapat meningkatkan muatan negatif sehingga akan meningkatkan kapasitas tukar kationunsur haranya akan menjadi optimal. Dilihat dari sifat biologinya, dalam tanah subur yang terdapat adanya aktivitas mikroorganisme. Mikroorganisme sangat berperan penting dalam pembentukan kesuburan tanah, mikroorganisme akan membantu proses perombakan atau dekomposisi bahan organik menjadi humus yang baik untuk tumbuh kembang tanaman. Selain itu, banyaknya aktivitas mikroorganisme mampu menghasilkan CO2 dan membantu aerasi tanah sehingga dapat membantu proses fotosintesis dari tanaman yang tumbuh di atasnya. Maka dari itu, tanah dapat dikatakan subur apabila didalamnya terdapat mikroorganisme baik yang membantu menyuburkan tanah. Komponen-komponen kesuburan tanah di atas dapat menjadi acuan bagi yang ingin mengolah tanah agar memperhatikan kondisi tanah terlebih dahulu sebelum aktifitas penanaman dilakukan. Hal ini untuk memastikan bahwa tanaman yang ditanam dapat tumbuh dan berkembang dengan maksimal karena tercukupinya unsur-unsur baik di dalam tanah.
Tomat (Lycopersicon esculentum L.) merupakan tanaman asli dari Amerika Tengah dan Selatan. Secara umum tomat dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian 0-1500 m dpl. Tomat selain bisa ditanam di lahan dan polybag, bisa juga ditanam secara hidroponik. Penyiapan Larutan Nutrisi Budidaya secara hidroponik bisa menggunakan media ataupun alat dengan berbagai macam metode, tapi yang tidak bisa ditukar hanya nutrisi. Dengan kata lain, nutrisi adalah hal yang paling utama dalam bertanam secara hidroponik. Nutrisi yang paling sering dipakai dalam hidroponik adalah nutrisi AB Mix, nutrisi ini terdiri dari 2 bagian, yaitu Nutrisi A dan Nutrisi B. Nutrisi A terdiri dari Ca(NO3)2 kalsium nitrat, KNO3 Kalium Nitrat,dan FeEDTA Besi EDTA. Nutrisi B terdiri dari KH2PO4 Kalium Dihidrogen Phosfat, (NH4)2SO4 Amonium Sulfat, MgSO4 Magnesium Sulfat, CuSO4 Cupri Sulfat, ZnSO4 Seng Sulfat, H3BO3 Asam Borat, MnSO4 Mangan Sulfat, NaMo Natrium Molibdat. Formulasi Nutrisi A dan B biasanya sudah tersedia dalam kemasan di toko pertanian. Untuk budidaya hidroponik Nutrisi A dilarutkan dalam 5 liter air, Nutrisi B juga dilarutkan dalam 5 liter air. Yang umum di gunakan di masyarakat 5 ml larutan Nutrisi A dicampur dengan 5 ml larutan Nutrisi B dan dilarutkan lagi dalam 1 liter air. Namun di Indmira, kebutuhan akan nutrisi bisa dikurangi, dengan 4ml larutan Nutrisi A dicampur dengan 4 ml larutan Nutrisi B kemudian dilarutkan dalam 1 liter air. Larutan inilah yang digunakan sebagai nutrisi langsung untuk tanaman. Hal ini tentu lebih menghemat penggunaan pupuk/nutrisi. Pembibitan Rendam benih dalam larutan pupuk organik cair 2 cc/L air selama 12 jam, buang benih yang mengambang. Benih ditiriskan dan dikecambahkan dengan tissue basah selama kurang lebih 3 hari. Setelah berkecambah, benih siap disemai dalam trai semai yang sudah diisi dengan media sekam dan cocopeat 2:1. Jaga kelembaban media dengan memberikan nutrisi AB mix, dimana 4 ml larutan Nutrisi A dan 4 ml larutan Nutrisi B dilarutkan dalam 1 liter air. Bibit dipindahkan ke media semai dalam wadah polybag semai 10-14 hss. Tempatkan wadah di lokasi yang lembab dan terhindar dari paparan sinar matahari langsung. Penanaman dan Pemeliharaan Setelah bibit tomat yang berdaun sejati sejumlah 4 hingga 5 helai yang sehat dan berbentuk bagus, kemudian bibit dipindahkan ke polybag diameter 22 cm yang sudah berisi media berupa campuran sekam dan cocopeat perbandingan 2:1. Media sebelumnya direndam dalam disinfektan selama 1 hari, kemudian dikeringkan dan siap dipakai. Sebaiknya setiap polybag ditanami satu buah bibit supaya pertumbuhan tiap bibit tidak saling mengganggu. Kontruksi hidroponik dengan drips irrigation menggunakan pompa speck 2m, 1 pompa mampu untuk mengairi 50 polybag. Untuk usia tanaman terong 0-1 bulan dilakukan 2x penyiraman/hari dengan nutrisi AB mix, pagi dan sore masing-masing selama 1 menit. Usia 1 bulan-panen pemompaan diselang seling, hari pertama 2x, hari berikutnya 3x, hari ke 3 sebanyak 2x, begitu seterusnya berulang-ulang dengan lama pemompaan masing-masing 1 menit. Disamping juga melihat kondisi tanaman di lapangan. Jika media agak kering, penyiraman bisa lebih sering. Panen Panen mulai ±3 bulan setelah tanam, setiap 3 hari sekali. Waktu yang tepat untuk panen adalah pagi dan sore hari. Buah dipetik dengan tangkainya. Buah tomat tidak tahan lama, oleh karena itu harus segera dipasarkan begitu selesai panen. Sortasi untuk budidaya tomat dilakukan berdasarkan ukuran dan warna buah.