Uncategorized

Budidaya Cabai Merah Hidroponik

Cabai merah (Capsicum annum L.) dikenal karena rasa pedas khasnya. Makin tinggi kandungan capsicum, makin pedas rasa cabai. Cabai merah dapat dibudidayakan di dataran rendah maupun dataran tinggi, pada lahan sawah atau tegalan dengan ketinggian 0-1000 m dpl. Namun, cabai merah juga bisa dibudidayakan secara hidroponik. Penyiapan Larutan Nutrisi Budidaya secara hidroponik bisa menggunakan media ataupun alat dengan berbagai macam metode, tapi yang tidak bisa ditukar hanya nutrisi. Dengan kata lain, nutrisi adalah hal yang paling utama dalam bertanam secara hidroponik. Nutrisi yang paling sering dipakai dalam hidroponik adalah nutrisi AB Mix, nutrisi ini terdiri dari 2 bagian, yaitu Nutrisi A dan Nutrisi B. Nutrisi A terdiri dari Ca(NO3)2 (Kalsium Nitrat), KNO3 (Kalium Nitrat),dan FeEDTA (Besi EDTA). Nutrisi B terdiri dari KH2PO4 (Kalium Dihidrogen Phosfat), (NH4)2SO4 (Amonium Sulfat), MgSO4 (Magnesium Sulfat), CuSO4 (Tembaga Sulfat), ZnSO4 (Seng Sulfat), H3BO3 (Asam Borat), MnSO4 (Mangan Sulfat), NaMo (Natrium Molibdat). Formulasi Nutrisi A dan B biasanya sudah tersedia dalam kemasan di toko pertanian. Untuk budidaya hidroponik Nutrisi A dilarutkan dalam 5 liter air, Nutrisi B juga dilarutkan dalam 5 liter air. Yang umum di gunakan di masyarakat 5 ml larutan Nutrisi A dicampur dengan 5 ml larutan Nutrisi B dan dilarutkan lagi dalam 1 liter air. Namun di Indmira, kebutuhan akan nutrisi bisa dikurangi, dengan 4ml larutan Nutrisi A dicampur dengan 4 ml larutan Nutrisi B kemudian dilarutkan dalam 1 liter air. Larutan inilah yang digunakan sebagai nutrisi langsung untuk tanaman. Hal ini tentu lebih menghemat penggunaan pupuk/nutrisi. Pembibitan  Rendam benih dalam larutan pupuk organik cair 2 cc/L air selama 12 jam, buang benih yang mengambang. Benih ditiriskan dan dikecambahkan dengan tissue basah selama kurang lebih 3 hari. Setelah berkecambah, benih siap disemai dalam trai semai yang sudah diisi dengan media sekam dan cocopeat 2:1. Jaga kelembaban media dengan memberikan nutrisi AB mix, dimana 4 ml larutan Nutrisi A dan 4 ml larutan Nutrisi B dilarutkan dalam 1 liter air. Bibit dipindahkan ke media semai dalam wadah polybag semai 10-14 hss. Tempatkan wadah di lokasi yang lembab dan terhindar dari paparan sinar matahari langsung.  Penanaman dan Pemeliharaan Setelah bibit cabe yang berdaun sejati sejumlah 4 hingga 5 helai yang sehat dan berbentuk bagus, kemudian bibit dipindahkan ke polybag diameter 22 cm yang sudah berisi media berupa campuran sekam dan cocopeat perbandingan 2:1. Media sebelumnya direndam dalam disinfektan selama 1 hari, kemudian dikeringkan dan siap dipakai. Sebaiknya setiap polybag ditanami satu buah bibit supaya pertumbuhan tiap bibit tidak saling mengganggu. Kontruksi hidroponik dengan drips irrigation menggunakan pompa speck 2m, 1 pompa mampu untuk mengairi 50 polybag. Untuk usia tanaman cabai 0-1 bulan dilakukan 2x penyiraman/hari dengan nutrisi AB mix, pagi dan sore masing-masing selama 1 menit. Usia 1 bulan-panen pemompaan diselang seling, hari pertama 2x, hari berikutnya 3x, hari ke 3 sebanyak 2x, begitu seterusnya berulang-ulang dengan lama pemompaan masing-masing 1 menit. Disamping juga melihat kondisi tanaman di lapangan. Jika media agak kering, penyiraman bisa lebih sering. Panen Panen cabai mulai ±3 bulan setelah tanam, setiap 3 hari sekali. Masa panen terbaik adalah saat buah belum sepenuhnya berwarna merah, masih ada garis hijaunya. Buah seperti ini sudah masuk bobot yang optimal dan buah cabe masih bisa tahan 2-3 hari sebelum terjual oleh pedagang di pasar. Waktu panen sebaiknya dilakukan pada pagi hari setelah embun kering. Hindari waktu panen pada malam dan siang hari.

Uncategorized

Menghidupkan Kembali Hutan

Hutan adalah rumah bagi keanekaragaman hayati, flora dan fauna. Ekosistem hutan memegang peranan penting dalam mensuplai oksigen, menjaga iklim tetap stabil, menjadi sumber makanan dan penopang bagi ekonomi bagi masyarakat. Deforestasi (kerusakan hutan) semakin bergejolak hingga hari ini yang dikarenakan oleh beberapa faktor diantaranya akibat musim kering, alih fungsi lahan, dan ilegal logging. Akibatnya fungsi hutan yang vital bagi ekosistem semakin menurun. Perlu adanya aksi untuk mengembalikan fungsi hutan (restorasi). Deforestasi yang paling membahayakan sedang dihadapi adalah kebakaran hutan dan lahan. Hingga saat ini, penyebab kebakaran belum teridentifikasi dengan jelas. Namun yang dapat kita prediksi adalah musim kering dan angin yang kencang menimbulkan percikan api yang menjalar. Tercatat dari Januari – September 2019 hampir 2000 Ha hutan terbakar (data: Green Peace Indonesia). Sejak awal September 2019 terjadi kebakaran hutan massif di Kalimatan dan Sumatera (Kompas.com). Ada ribuan titik api yang tersebar di enam provinsi yaitu 201 titik api di Riau, 126 titik api di Sumsel, 660 titik api di Kalimatan Barat, 482 titik api di Kalimantan Tengah dan 46 titik api di Kalsel (Kompas.com). Satu yang pasti adalah luas hutan berkurang ribuan hektar yang akan sangat merugikan bagi lingkungan dan manusia. Dampak nyata yang dirasakan langsung oleh masyarakat adalah asap yang dihirup mengkibatkan sesak napas yang dapat berujung ISPA. Hilangnya hutan  ini juga berpotensi memicu pemanasan global dan perubahan iklim yang membuat suhu menjadi 63% lebih tinggi rata-rata selama 14 tahun terakhir. Punahnya satwa-satwa endemik, hilangnya sumber-sumber air yang berguna bagi kehidupan masyarakat. Penting bagi kita menyadari bahwa hutan adalah sumber kehidupan bagi masyarakat maka menjadi tanggungjawab bersama untuk menghidupkan kembali hutan. Waktu kita menyelematkan bumi sangatlah terbatas untuk menyelematkan diri dari perubahan iklim. Yang Bisa Kita Lakukan Hal paling sederhana yang bisa kita lakukan adalah menanam pohon di lingkungan rumah atau domisilimu untuk mengurangi polusi. Memperluas gerakan ini dengan mengajak teman-teman kamu melakukan hal yang sama #menghidupkankembalihutan. Hal yang lebih menantang adalah kita bisa terlibat menjadi volunteer bagi lembaga atau komunitas peduli hutan yang ada di kotamu. Serta mendorong pemerintah untuk mengeluarkan kebijakan-kebijakan pro pada perlindungan hutan dan restorasi. Aksi kecil menghidupkan kembali hutan ini dapat menjadi bagian dari menyelamatkan ekosistem dunia bila dilakukan secara massif. Masyarakat perlu menyadari bahwa aksi ini sebagai bagian melindungi dunia di masa depan. Kabar baiknya, komitmen menghidupkan kembali hutan ternyata diikuti berbagai instansi dan korporasi. Masing-masing berkontribusi melindungi hutan yang tersisa dan menghidupkan kembali hutan sesuai dengan kapasitasnya. Yang Indmira Lakukan Indmira hadir mengambil peran untuk turut membantu pemulihan lahan yang rusak akibat kebakaran, maupun akibat penambangan. Aksi menghidupkan kembali hutan telah Indmira lakukan melalui rehabilitasi tambang di beberapa daerah seperti di Tanjung Enim Provinsi Sumatera Selatan, Bangka Belitung, dan Kepulauan Riau. Tidak berhenti disitu, melalui berbagai program Hamemayu Hayuning Bawana. Indmira mendukung kebutuhan budidaya kepada teman-teman penggiat lingkungan yang melakukan aksi penghijauan. Sejalan dengan tagline kami “a better way to grow” kami ingin hutan dan lahan yang rusak kembali tumbuh menghijaukan bumi Indonesia.

Uncategorized

Luasan Hutan Indonesia Menyusut Ribuan Hektar Setiap Tahun

Kekayaan hutan Indonesia mencapai 162 juta hektar yang membentang dari Aceh hingga Papua sekaligus menduduki urutan ketiga terluas di dunia. Namun luasan ini semakin menyusut seiring berbagai kegiatan eksploitasi untuk berbagai keperluan manusia. Berdasarkan Guiness Book of Record tahun 2010 mencatat  hutan Indonesia menjadi tercepat hilang di antara negara-negara yang memiliki 90 persen dari sisa hutan di dunia. Luasan hutan yang hancur setara 300 lapangan bola setiap jamnya. Dalam kurun waktu 50 tahun terakhir hutan Indonesia hanya menyisakan 98 juta hektar dari 162 juta hektar hutan. Hutan Indonesia menjadi tercepat hilang setara 300 lapangan bola setiap jamnya Alih fungsi hutan ini bentuknya beragam seperti alih fungsi hutan untuk perkebunan sawit, area pertambangan, pemukiman, perkebunan bahkan pertanian. Ditemukan di lapangan bahwa alihan fungsi hutan ini melibatkan kegiatan yaitu penebangan hutam liar dan pembakaran hutan. Kegiatan ini tidak sepenuhnya merugikan bagi lingkungan dan manusia bila pelaksanaannya dilakukan dengan perencanaan yang strategis. Artinya perlu adanya perhitungan yang tepat agar dapat memberi manfaat bagi lingkungan dan generasi yang akan datang. Seperti telah diatur oleh Undang-Undang pada Pasal 19 ayat (1), UU No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, menyatakan, perubahan peruntukan dan fungsi kawasan hutan ditetapkan oleh pemerintah dengan didasarkan pada hasil penelitian terpadu. Faktanya, peran pemerintah sebagai pemegang wewenang ternyata tidak cukup kuat untuk melindungi hutan dari berbagai alih fungsi lahan yang lakukan oleh perusahaan dan oknum. Berbagai aturan mengenai perlindungan hutan belum mampu diterapkan secara tegas sehingga ribuan hektar hutan melayang beralih fungsi. Peran pemerintah sebagai pemegang wewenang ternyata tidak cukup kuat untuk melindungi hutan Dari beberapa kasus karhutla 2019, salah satu daerah yang terparah adalah Kalimantan Tengah. Dari data Pemprov Kalteng terdapat  3 juta hektar lahan gambut namun ada 1,5 juta hektar lahan gambut yang telah rusak akibat pembalakan liar, pembakaran hutan, dan faktor lainnya. Selain lahan gambut, Badan Pengelolaan Kalimantan Tengah juga melaporkan Daerah Aliran Sungai (DAS) Kahayan mengalami kerusakan seluas 4,133 juta hektar, sedangkan di DAS Barito terjadi kerusakan hutan seluas 1,2 juta hektar. Akibatnya hutan Kalteng telah mengalami deforestasi hutan akibat dari alih fungsi hutan. Berbagai potensi bencana yang telah dirasakan masyarakat berupa banjir, kekeringan, kebakaran hutan, asap, longsor, hingga krisis air. Bila dibiarkan kegiatan alih fungsi hutan ini sangat mengancam ekosistem secara menyeluruh termasuk alam dan manusia. Perlu adanya kesadaran tentang pentingnya manfaat hutan bagi masyarakat dan resiko dari rusaknya hutan. Peran pemerintah sangat diperlukan untuk menegakkan aturan terkait perlindungan hutan dan mengedukasi masyarakat untuk memaksimalkan potensi. Memaksimalkan artinya menggolah hutan untuk kesejahteraan bersama tanpa merusaknya. Mari bersama-sama ambil peran menghidupkan kembali hutan dengan mengawal pemerintah untuk bertindak tegas melakukan advokasi dan mendampingi masyarakat sekitar hutan untuk mengelola dengan bijak. Kita bisa turut ambil peran dengan mengawal pemerintah untuk bertindak tegas melakukan advokasi dan mendampingi masyarakat sekitar hutan untuk mengelola dengan bijak

Uncategorized

Pentingnya Mitigasi Karhutla

Selama musim kemarau, banyak kebakaran terjadi di hutan di Indonesia, khususnya di Kalimantan dan Sumatera. Tak hanya di luar Jawa, kini karhutla juga merambah ke beberapa hutan di Pulau Jawa. Pada dasarnya hutan tropis tidak mudah terbakar seperti lahan gambut, namun tidak menutup kemungkinan terjadi karhutla yang kini melanda beberapa pegunungan di Jawa seperti pegunungan Dieng Jawa Tengah, Gunung Arjuna di Jawa Timur dan Gunung Papandayan di Jawa Barat. Musim kemarau yang panjang membuat hutan di berbagai daerah kekeringan hingga menimbulkan percikan api yang kemudian tersebar ke berbagai arah. Api dengan mudah menyebar karena melimpahnya bahan yang mudah terbakar terutama pada ilalang dan puing-puing kayu hasil praktik deforestasi yang luas. Pada kasus hutan gambut, karbon tersimpan pada jumlah besar di permukaan hingga lapisan dalam. Saat terjadi penebangan hutan terutama dalam skala besar, oksigen dan sinar matahari memicu pelepasan karbon dari dalam tanah gambut. Karbon bertransformasi jadi karbondioksida dan lepas ke udara bebas. Pelan-pelan lahan gambut yang menyimpan air dalam jumlah besar jadi kering dan mudah terbakar hingga berbagai gas beracun terlepas ke atmosfir. Mencegah kebakaran yang tidak terkendali di Indonesia merupakan salah satu elemen penting yang harus dilakukan dengan melibatkan pemerintah, perusahaan, dan masyarakat. Ada dua cara yang bisa dilakukan yaitu pembuatan sekat bakar pada hutan tropis dan pembuatan kanal pada hutan gambut. Pertama, sekat bakar adalah jalur yang memisahkan areal tanam satu dengan yang lain, berbentuk seperti jalan atau jalur setapak pada umumnya dengan lebar 5 meter antar petakan. Jalur ini dibuat dengan menghilangkan ilalang dan rerumputan agar aliran api tidak menjalar ke areal lainnya. Ilalang dan rerumputan kering merupakan media yang mudah terbakar sehingga perlu dibersihkan dengan membuat jalur atau sekat api untuk mencegah api menjalar ke areal yang lebih luas. Sekat bakar ini dibuat di awal musim kemarau dan diperbaharui setiap tahun agar sekat bakar tetap bersih dari ilalang. Kedua, pembuatan kanal (rewetting) merupakan pembasahan kembali lahan gambut yang dilakukan dengan cara menyekat kanal atau saluran drainase. Kanal di hutan gambut harus disekat karena jika tidak maka kanal menjadi kering menjadi kering dan mudah terbakar di musim kemarau. Adanya kanal membuat terurainya materi gambut dan tercuci ke aliran sungai dan perlahan menyebabkan penurunan permukaan gambut dan menimbulkan cekungan yang akan tergenang air. Ketika kering, lahan gambut sudah tidak produktif dan akan ditinggalkan oleh pengelolanya. Untuk menghindari kondisi ini, kanal-kanal yang sudah dibangun perlu disekat-sekat untuk mempertahankan permukaan gambut. Ruang antar sekat dipertahankan berair. Sementara itu wilayah kiri dan kanan kanal ditanami dengan tanaman rawa yang tahan genangan air. Jika lahan gambut mengalami subsiden (penurunan permukaan gambut) maka tanaman rawa yang sudah ditanam tersebut akan segera dapat menggantikan tanaman yang ada di wilayah gambut tersebut. Meski ada langkah penanggulangan yang bisa dilakukan, namun mengetahui lebih dini tentang mitigasi karhutla menjadi solusi terbaik untuk mencegah rusaknya hutan. Bagi hutan yang telah terdeforestasi, pemulihan yang bisa dilakukan dengan rehabilitasi dengan teknik revegetation. Langkah ini dilakukan dengan menanam kembali hutan dengan berbagai jenis tanaman sehingga ekosistem alami dapat pulih. Mengkombinasikan penanaman tanaman hutan dalam pertanian dapat memperkecil potensi erosi, memaksimalkan produksi biomassa, dan memaksimalkan interaksi positif antara tanah dengan tanaman. Penerapan sistem agroforestry (kombinasi penanaman tanaman hutan dan tanaman pertanian dalam unit lahan yang sama) merupakan salah satu solusi dalam pemanfaatan lahan yang lestari alih-alih ladang berpindah dan pertanian monokultur yang menghilangkan keragaman hayati yang ada.

Uncategorized

Menjaga Sumber Mata Air dari Hulu

Dari Bombana Sulawesi Tenggara, menanam 313.500 pohon di Daerah Aliran Sungai untuk menghidupkan hutan dan sumber mata air Menjaga hutan sama halnya seperti kita menjaga kehidupan, keberlangsungan hidup manusia saat ini bergantung pada keberadaan hutan. Mulai dari oksigen, air, hingga pangan diperoleh dari hutan secara cuma-cuma/tanpa berbayar. Maka sangat penting bagi kita kembali memperbaiki dan merehabilitasi hutan untuk keberlangsungan hidup manusia di masa depan. Perbaikan dan rehabilitasi perlu diusahakan dengan kerjasama berbagai pihak. Indmira yang bergerak perbaikan dan rehabilitasi lingkungan digandeng oleh ANTAM untuk melakukan rehabilitasi DAS (Daerah Aliran Sungai) seluas 285 Ha. Daerah Aliran Sungai berfungsi menerima, menyimpan dan mengalirkan curah hujan ke alur sungai. Pada area tersebut, air hujan akan diserap atau disimpan dalam tanah yang nanti menjadi sumber-sumber mata air bagi kehidupan masyarakat di lereng bukit. Menanam di lahan yang datar sudah biasa, lalu bagaimana menanam di lahan perbukitan yang harus menempuh perjalanan kaki berjam-jam dengan jalanan yang terjal? Gambaran ini menceritakan sedikit dari apa yang tim penanaman dan tim patroli lakukan setiap harinya. Rehabilitasi Daerah Aliran Sungai (DAS) ini sudah mulai dikerjakan sejak awal 2019 meliputi tiga desa yaitu desa Rarowatu, Lakomea dan Toubonto. Terbagi menjadi dua jenis lahan yaitu padang (intensif) dan hutan (pengayaan). Lahan tanam berada di atas bukit yang sulit diakses oleh kendaraan sehingga tim harus berjalan kaki selama 3 jam dengan medan yang naik turun bukit. Oleh karena itu, tim porter sering kami sebut sebagai tim kuda karena tim ini mampu berjalan puluhan kilometer dengan membawa tanaman dan peralatan tanam yang cukup berat. Salah satu solusi untuk memudahkan penanaman, tim membuat nursery di atas bukit yang digunakan untuk aklimatisasi (adaptasi tanaman) sebelum tanam. Untuk itu, tim dibekali dengan kemampuan budidaya khususnya pembenihan untuk mensuplai bibit pohon secara mandiri. Jenis pohon yang ditanam mengacu pada tanaman kayu dan tanaman multipurpose tree species dengan perbandingan 66:34. Tim telah berhasil menanam 313.500 pohon dengan jenis pohon biti, kemiri, durian, longkida dan aren. Mengacu pada tujuan utamanya, penanaman membantu memulihkan ekosistem hutan. Adanya akar pohon akan meningkatkan kemampuan tanah dalam menyimpan air hujan bagi sumber mata air. Menjaga mata air akan membantu kebutuhan pertanian dan masyarakat lereng bukit. Ekosistem hutan menjadi rumah bagi berbagai hewan dan bernaungnya berbagai tumbuhan. Kini tahun 2021 memasuki tahun ketiga untuk perawatan tanaman. Perawatan tanaman meliputi berbagai kegiatan yaitu penyulaman, pendangiran, pemupukan, dan penyiraman. Saat memasuki musim kemarau, tim melakukan pembuatan sekat bakar agar aliran api tidak menjalar ke areal lainnya. Sekat bakar ini dibuat di awal musim kemarau dan diperbaharui setiap tahun agar sekat bakar tetap bersih dari ilalang. Rehabilitasi DAS Bombana dilakukan dengan melibatkan warga lokal yang memahami medan dengan berbagai kendalanya. Keterlibatan warga juga turut memberdayakan masyarakat lokal dan menumbuhkan rasa memiliki hutan yang akan kembali ditanam. Butuh waktu beberapa tahun lagi untuk memetik hasil rehabilitasi DAS ini, maka kesadaran dan komitmen warga untuk menjaga hutan sudah mulai ditumbuhkan sejak awal project ini.

Uncategorized

Terapkan Pertanian Terintegrasi, Indmira Group gandeng Petani Petani Bawang Merah di Bantul

Pada Mei 2020, Indmira Group bekerja sama dengan petani Bawang Merah di Bantul untuk menjalankan Program Pertanian Terintegrasi (Integrated Farming). Integrated Farming Indmira adalah sebuah program yang mengintegrasikan pertanian dari hulu hingga hilir, sehingga dapat mengontrol kualitas produk sejak dari budidaya hingga proses pasca panen. Program ini melibatkan Indmira Group mulai dari Indmira, Petani, dan Amboja Farm. Secara singkat, sistem ini hanya melibat sedikit pihak sehingga mengurangi jalur distribusi antara petani ke konsumen dan meningkatkan kualitas produk dengan menerapkan teknologi pertanian yang presisi. Berbagai manfaat dari program ini meliputi produk pertanian yang dapat ditelusuri, kualitas produk yang terjamin, mendekatkan jarak antara Petani sebagai pelaku produksi dengan Konsumen sebagai penerima produk. Dalam proses budidaya (hulu), Indmira bekerjasama dengan petani bawang merah untuk melakukan subtitusi pupuk. Subtitusi pupuk ini tidak terjadi secara keseluruhan, sebesar 25% pupuk anorganik disubtitusi dengan pupuk organik. Subsitusi pupuk ini bertujuan memberikan nutrisi seimbang bagi tanaman bawang merah. Sama seperti makhluk hidup lain, nutrisi yang seimbang merupakan faktor yang penting bagi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan. Pupuk organik yang digunakan dalam penanaman bawang merah meliputi pupuk SAN, SNN, pupuk umbi dan biopestisida Tricogreen. Proses pemupukan SNN pada bawang merah paling optimal dilakukan pada saat 30 hari pertama untuk mendukung pertumbuhan vegetative akar, batang, dan daun. Pada pertumbuhan generative atau umbi bawang, tim mengaplikasikan pupuk umbi. Pupuk umbi ini berfungsi untuk mendukung bertumbuhan umbi menjadi maksimal sehingga memenuhi standar pasar bawang merah. Selasa, 8 September 2020, petani panen bawang merah setelah menunggu 60 hari. Bawang Merah yang telah dipanen ini sebelumnya melewati beberapa tahapan dan perilaku khusus menggunakan pupuk organik. Sesaat setelah panen, bawang melewati proses pengeringan sekaligus observasi dari Tim Riset Indmira melihat penyusutan yang terjadi. Dari hasil panen bawang merah pada lahan dengan luas 0.5 Ha atau 360 Ru diperoleh hasil: Total hasil panen cabut basah 11.282kg, rerata penyusutan 32%, menghasilkan aktual product 8.678kg. Penghematan biaya pupuk organik mencapai 50% Lebih dari 50% kualitas produk masuk dlm grade A (bawang merah kualitas super bobot umbi > 6g). Produktifitas 1:17kg, satu bibit menghasilkan 17kg produk (rata-rata bawang merah menghasilkan 15kg produk). Data hasil panen menunjukkan input produksi yang minimal dengan produktifitas yang meningkat di atas rata-rata. Dengan hasil ini, petani hingga konsumen diuntungkan dengan setiap proses yang dilakukan. Petani menghasilkan komoditas yang berkualitas unggul dengan harga yang baik dan konsumen memperoleh produk unggul yang dapat ditelusur proses produksinya.

Uncategorized

Mikroba Tanah dapat Membantu Tanaman Beradaptasi dengan Perubahan Iklim, Bagaimana Bisa?

Tidak semua tanaman dapat tumbuh di lingkungan dengan cuaca yang ekstrem, tidak semua tanaman pula memiliki daya adaptasi yang baik terhadap perubahan iklim yang terjadi. Oleh sebab itu, tanaman perlu bantuan dari mikroba untuk dapat bertahan di tengah cuaca yang ekstrem dan perubahan iklim yang tidak menentu. Mikroba atau mikroorganisme merupakan organisme hidup yang berukuran sangat kecil dan tidak dapat dilihat oleh mata telanjang. Menurut penelitian, salah satu mikroba tanah yang dapat membantu tanaman beradaptasi dengan perubahan iklim adalah mikoriza. Apa itu mikoriza? Mikoriza merupakan fungi simbiotik yang tidak berbahaya dan bersifat saling menguntungkan antara fungi tanah dan akar tanaman. Simbiosis tersebut memberikan banyak keuntungan bagi tanaman, meliputi bertambah efektifnya permukaan akar dalam penyerapan nutrient dan air, fungsi akar menjadi lebih luas. Secara simbiosis, mikoriza membantu meningkatkan toleransi tanaman terhadap kekeringan dan panas yang mencekam. Timbal baliknya, mikoriza juga memperoleh keuntungan berupa memperoleh karbohidrat dari tanaman inangnya. Mikoriza ini terbagi menjadi dua, yaitu ektotropik mikoriza yang berasosiasi di luar sel akar tumbuhan dimana selubungnya membungkus permukaan akar dan biasa ditemukan pada tanaman kehutanan, dan endotropik mikoriza yang berasosiasi di dalam akar sel tumbuhan dan biasa ditemukan pada tanaman perkebunan. Bagaimana cara hifa mikoriza membantu tanaman inang? Pada saat mikoriza merasakan adanya tanaman inang, hifa mikoriza mengalami perubahan morfologis yang ditandai dengan adanya percabangan hifa yang sangat banyak. Hifa mikoriza berukuran sangat halus sehingga mudah menyebar. Ukuran hifa yang lebih halus dari bulu akar memungkinkan hifa menyebar secara luas dan dapat masuk ke pori-pori tanah yang paling kecil (mikro) sehingga hifa bisa menyerap air pada saat kondisi kadar air di dalam tanah sangat rendah dan pada saat akar mengalami kesulitan dalam mencari air. Penyerapan air oleh hifa yang menjadikan mikoriza dapat membantu tanaman beradaptasi dengan perubahan iklim atau pergantian musim. Khususnya perpindahan musim hujan ke musim kemarau karena pada saat musim kemarau, tanaman akan lebih toleran terhadap kekeringan. Dari simbiosis mutualisme ini, hifa mikoriza memperoleh makanan dari sisa fotosintesis yang tidak terpakai oleh tumbuhan. Mikoriza sangat dibutuhkan dalam proses tumbuh kembang tanaman, terlebih untuk menjaga tanaman selama musim kemarau berlangsung. Bagaimana memperbanyak mikoriza? Secara alamiah, beberapa akar tanaman sudah ditumbuhi mikoriza, namun memang tidak semua akar memiliki mikoriza yang menguntungkan. Untuk beberapa tanaman yang kurang mengandung mikoriza, ada berbagai cara untuk menambahkannya salah satunya adalah dengan menggunakan media tanam berupa batuan zeolit. Batu zeolit yang berbentuk granula memiliki unsur hara yang sesuai dengan kebutuhan mikoriza sehingga dengan begitu mikoriza dapat berkembang dengan baik. Kemudian ditambahkan starter mikoriza dan tumbuhkan tanaman inang bagi mikoriza. Mikoriza di dalam tanah juga dapat diperkaya dengan menambahkan pupuk organik ke dalam tanah. Pupuk organik dibiarkan bercampur dengan mikoriza dan dijaga kelembabannya selama kurang lebih tujuh hari agar mikoriza dapat berkembang dengan baik.

Uncategorized

Ini 7 Manfaat dari Menanam Pohon

Bumi membagi wilayahnya menjadi lautan dan daratan. Keduanya memegang peran penting dalam mendukung keberlangsungan hidup makhluk yang ada di bumi. Unsur penting di daratan yang dijuluki jantung bumi adalah hutan dengan pepohonannya. Pohon merupakan bagian yang sangat penting bagi semua aspek kehidupan di bumi mulai dari pangan, ekonomi, dan lingkungan bergantung dengan eksistensi pohon. Dilansir dari Ten Million Trees, dalam satu pohon yang memiliki tinggi 100 kaki terdapat sekitar 200.000 daun yang memiliki stomata dan dapat melakukan fotosintesis. Sebuah pohon besar tersebut mampu mengambil 11.000 galon air dari tanah dan melepaskannya kembali ke udara sebagai oksigen dan uap air setiap satu musim tanam. Kemampuan pohon ini mampu menghidupi banyak manusia dan hewan yang ada bumi. Apabila 1 pohon mampu memberikan dampak sebesar itu terhadap kita, bagaimana dengan adanya 1000 pohon? Keberadaan pohon mampu mendukung ekosistem alami dengan menyediakan habitat dan makanan bagi burung, mamalia, dan serangga. Selain itu, adanya penanaman pohon mampu meningkatkan kualitas air serta jaringan akar pohon yang kompleks untuk mengurangi limpasan permukaan tanah dan erosi. Hal ini dapat memungkinkan tingginya pengisian ulang pasokan air tanah. Selain beberapa hal tersebut, pohon dan area berhutan juga memberikan  pengaruh baik bagi lingkungan seperti berperan sebagai penyangga tepi sungai dan membantu menyaring sedimen sehingga mencegah pengangkutan sedimen dan bahan kimia ke sungai. Area berhutan juga dapat menstabilkan aliran tepi sungai, menaungi dan mengubah suhu sungai, menyerap karbon agar dapat mengurangi emisi gas rumah kaca, serta mengurangi banjir di daerah hilir. Banyak sekali aspek yang diuntungkan dengan eksistensi pohon yang dapat diulas, berikut kami rangkum dalam beberapa poin diantaranya yaitu : Pengurangan Polusi Kemampuannya dalam berfotosintesis mampu menghasilkan menyerap karbondioksida dan menukarnya sebagai oksigen. Dengan begitu, secara langsung pohon mampu berperan dalam mengurangi polusi di bumi yang kian meningkat sepanjang tahun. Sebuah pohon dewasa mampu menyerap CO2 dengan kuantitas 21 kg per tahun dan menghasilkan oksigen bagi dua orang dewasa. Dengan keberadaan lebih banyak pohon di bumi maka manusia mampu melawan polusi demi keseimbangan oksigen dan karbondioksida. Manfaat Bagi Perkotaan Satu pohon di jalan mampu menghasilkan manfaat langsung terhadap kebutuhan hidup manusia di perkotaan. Hal ini sangat menguntungkan dengan biaya reforestasi yang lebih minim dan sebanding dengan yang akan diperoleh bagi perkotaan. Adanya pepohonan di tengah kota mampu berkontribusi t erhadap umur jalan yang lebih lama karena berkurangnya proses pemuaian dan kontraksi aspal. Kesehatan Selain kemampuannya dalam meningkatkan kadar oksigen bumi, pohon juga mampu menyaring polutan yang terbawa di udara sehingga dapat mengurangi kondisi yang menyebabkan asma.  Hal ini dapat menjadi solusi dari meningkatnya insiden asma pada masyarakat perkotaan dimana pohon telah banyak ditebang demi pembangunan jalan baru, rumah, atau komersial. Selain itu, dalam beberapa kasus telah banyak pasien rumah sakit yang mengalami pemulihan lebih cepat karena melihat rerimbunan pohon yang dipercaya mampu obat penghilang rasa sakit secara alami yang lebih efektif. Energi Keberadaan pohon yang ditempatkan dengan benar mampu menggantikan posisi AC maupun kipas angin di ruangan ataupun gedung sehingga dapat menghemat hingga 30% energi. Efek pendinginan bersih yang dihasilkan oleh pohon muda dan sehat setara dengan 10 AC. Selain mengurangi energi, pohon juga mengurangi 8 – 12% biaya pemanasan dan pendinginan yang dikeluarkan tiap tahun dalam setiap tempat tinggal. Pencegahan Banjir Area berhutan dengan intensitas pohon yang tinggi dapat menyaring dan mengatur aliran air karena kanopi rimbunnya mampu menghalangi curah hujan yang jatuh ke permukaan tanah. Rata-rata intersepsi curah hujan dengan tajuk hutan berkisar antara 10 hingga 40 persen tergantung pada spesiesnya. Pohon cemara yang sudah tua dapat menampung lebih dari 4.000 galon air hujan per tahun. Di lingkungan perkotaan dan pinggiran kota, satu pohon dewasa dapat mencegah 500 hingga 760 galon air hujan per tahun. Ketersediaan Pangan Keberadaan pohon mampu mempengaruhi intensitas ketersediaan pangan dalam suatu wilayah. Menurut beberapa penelitian menunjukkan bahwa hutan memainkan peran penting dalam pemenuhan makanan. Hal ini juga dikaji oleh IUFRO yang menggarisbawahi peran hutan dalam mengentaskan kelaparan dan meningkatkan gizi manusia. Melihat adanya konversi lahan untuk kepentingan pertanian menjadi kontra, sistem agroforestri dapat menjadi solusi sehingga hutan tak semata dipandang sebagai penghasil kayu, tapi juga menjadi sumber nutrisi. Menjaga rantai makanan Keberadaan pohon turut pula melestarikan berbagai hewan karena pohon berperan sebagai produsen pangan sekaligus tempat tumbuhnya berbagai hewan. Secara tidak langsung pohon memiliki berperan penting untuk menjaga rantai makanan tetap berjalan. Bila pohon atau hutan hilang maka hewan akan terancam habitat atau tempat tinggalnya. Ini akan mengancam rantai makanan alami sehingga menganggu keseimbangan ekosistem alam. Berdasarkan beberapa aspek manfaat yang diberikan pohon terhadap kehidupan manusia, perlu dibentuknya kesadaran bagi setiap individu untuk memahami pentingnya eksistensi pohon di bumi. Melihat semakin berkurangnya lahan dan pohon besar yang memiliki peran besar terhadap berjuta makhluk hidup, Indmira ingin mengajak para sahabat alam untuk ikut berpartisipasi dan berkontribusi dalam aksi penanaman pohon sebagai bentuk reforestasi. Dengan menanam satu pohon, kita telah menghidupi sejuta makhluk di bumi.

Uncategorized

UU Minerba Mengawal Upaya Sustainable Mining

Pengelolaan sektor pertambangan mineral dan batu bara (minerba) memasuki era baru. Terutama, pasca Undang-Undang (UU) Nomor 3 tahun 2020 resmi diundangkan pada 10 Juni 2020. Dalam UU tersebut, terdapat kewajiban bagi perusahaan untuk melakukan reklamasi pasca-tambang. Ini menjadi salah satu poin penting yang disempurnakan dalam aturan ini, yakni terkait reklamasi dan pasca-tambang.  Sebagai jaminan agar perusahaan melakukan reklamasi tambang maka perusahan harus membayarkan uang jaminan kepada pemerintah. Jaminan yang harus dibayarkan adalah 4.36 Triliun untuk Jaminan Pascatambang dan 1.34 Triliun untuk Jaminan Reklamasi. Dalam UU No.3 tahun 2020, pemegang IUP dan IUPK yang izin usahanya dicabut atau berakhir tetapi tidak melaksanakan reklamasi/pascatambang atau tidak menempatkan dana jaminan reklamasi atau jaminan pascatambang dapat dipidana paling lama 5 tahun penjara dan denda paling banyak Rp 100 miliar.  Dengan adanya jaminan, pemangku kepentingan wajib mengembalikan kondisi lingkungan, habitat flora dan fauna, serta produktivitas area pascatambang seperti sediakala, bahkan bermanfaat untuk masyarakat sekitar. Adanya Undang-Undang Minerba  ini memberikan manfaat akan keberlangsungan ekosistem tambang dan memunculkan adanya istilah sustainable Sustainable Mining memberikan pedoman bagi sektor pertambangan bahwa pembangunan berkelanjutan masa depan harus tercapai.  Tujuan penting sustainable mining  adalah meminimalkan dampak lingkungan dan sosial yang merugikan di semua tahapan operasional, dan tentunya untuk memaksimalkan manfaat lokal. Sustainable mining membantu untuk mengatur operasional secara sedemikian rupa sehingga aman, tidak menimbulkan bahaya bagi penduduk lokal dan lingkungan. Salah satu fungsi utama sustainable mining  juga yakni membantu memulihkan area pertambangan agar memberikan manfaat berkelanjutan khususnya untuk pemanfaatan penggunaan lahan lainnya. Indmira membantu perusahaan tambang mewujudkan sustainable mining dengan meghadirkan solusi reklamasi dan pascamtambang dalam layanan bioremediasi, penanaman dan perawatan tanaman. Lahan-lahan areal penambangan dikembalikan agar memenuhi konsep keberlanjutan baik dari segi lingkungan, ekonomi masyarakat, dan secara sosial.

Uncategorized

Pentingnya Lebah Bagi Ketahanan Pangan dan Kelestarian Lingkungan

Sebagian besar tanaman khususnya yang berbunga, sistem penyerbukan dan reproduksinya bergantung pada serangga. Di benua Asia, terdapat sekitar 1.330 tumbuhan yang dibantu penyerbukannya oleh serangga. Serangga yang dimaksudkan dalam hal ini berperan sebagai polinator. Proses penyerbukan yang dibantu oleh serangga ini disebut entomogami. Pada dasarnya hampir keseluruhan jenis serangga dapat berperan sebagai polinator. Namun, jenis yang paling banyak berkontribusi dalam penyerbukan diantaranya seperti kupu-kupu, lebah, lalat buah, dan kumbang. Salah satu contoh serangga yang sangat berperan sebagai polinator adalah lebah madu.  Polinator atau serangga penyerbuk merupakan elemen kunci dalam konservasi ekosistem alami dan stabilitas serta peningkatan produksi tanaman pangan di seluruh dunia. Berdasarkan data FAO, sekitar 90% tanaman atau tanaman berbunga di seluruh dunia menghasilkan buah atau biji yang dimanfaatkan manusia sebagai bahan makanan. Secara langsung, dapat diketahui bahwa serangga penyerbuk memiliki kontribusi yang sangat besar bagi pembangunan ketahanan pangan yang berkelanjutan. Klein et al., (2007) dalam jurnalnya menyebutkan bahwa polinator atau penyerbuk seperti lebah ternyata mampu mempengaruhi 35% produksi tanaman dunia serta meningkatkan hasil produksi 87 tanaman pangan terkemuka di seluruh dunia. Tiga dari empat tanaman di seluruh dunia yang menghasilkan buah atau biji untuk digunakan sebagai bahan makanan membutuhkan adanya peran dari penyerbuk. Dalam hal ini, eksistensi lebah sangat diperlukan dalam ekosistem. Pada dasarnya, lebah dan tumbuhan memiliki keterkaitan simbiosis mutualisme yang mana keduanya saling diuntungkan. Lebah memperoleh sumber makanannya dari tumbuhan, begitupula tumbuhan dibantu proses penyerbukannya oleh lebah. Sehingga, menurunnya populasi tanaman akan mempengaruhi secara signifikan terhadap populasi lebah dunia. Dilansir dari The Guardian, disebutkan bahwa terdapat studi yang menyatakan penurunan tingkat populasi lebah sebesar 30% pada wilayah tertentu dalam satu generasi manusia. Peneliti pun menyatakan bahwa tingkat penurunan ini dapat konsisten mengarah pada kepunahan massal.  Terancamnya populasi lebah disebabkan oleh pertanian intensif yang menyebabkan perubahan lingkungan secara signifikan bagi lebah sehingga dapat memicu kurangnya sumber makanan serta lahan tempat tinggal bagi lebah. Penggunaan insektisida berlebihan juga dapat berpengaruh terhadap eksistensi lebah karena dapat mengancam resiko kematian apabila sumber makanannya mengandung toksik. Penyebab kepunahan juga didukung oleh tingkat suhu bumi yang semakin panas. Menurut Food and Agriculture Organization (FAO), polinator memiliki sifat dan respon yang berbeda terhadap suhu dan habitat. Mereka membutuhkan iklim yang sesuai untuk bertahan hidup. Oleh sebab itu, perubahan iklim sangat mempengaruhi keberadaan dari berbagai jenis polinator seperti lebah. Pada akhirnya, perubahan iklim atau climate change perlu diatasi dengan mengambil tindakan pengurangan emisi yang dapat meningkatkan perubahan itu sendiri. Namun, mengatasi perubahan iklim akan mengalami proses panjang dan kerjasama seluruh manusia. Lantas bagaimana langkah tepat untuk tetap mempertahankan populasi polinator lebah agar tidak mengalami kepunahan sehingga mampu menjaga ketahanan pangan di masa yang akan datang? Terdapat berbagai macam upaya yang dapat kita lakukan untuk meningkatkan dan mempertahankan populasi lebah, diantaranya yaitu menghindari penggunaan pestisida dan pupuk kimia yang akan meracuni lebah dan polinator lainnya. Alternatifnya, bisa dengan menggunakan pupuk organik atau pestisida nabati yang lebih ramah lingkungan dan tidak bersifat toxic terhadap polinator ataupun musuh alami. Selain itu, kita juga dapat menyediakan sumber makanan dan rumah bagi lebah dengan menanam lebih banyak tanaman bunga dan pohon. Apabila lebah merasa nyaman dengan ekosistem yang telah dibuat sedemikian rupa dapat mendukung lebah dalam proses reproduksi dan berkembang biak. Melakukan sistem tanam polikultur atau penanaman jenis tanaman yang beragam juga menjadi salah satu upaya dalam pengembangan populasi. Dengan adanya keragaman jenis tanaman akan memberikan lebih banyak ketersediaan nektar bagi lebah. Selain itu, dengan keragaman jenis tanaman yang ada dapat menyediakan ekosistem dan tempat tinggal bagi lebah sehingga populasinya dapat berkembang dalam lingkungan tersebut.  Melindungi serta meningkatkan populasi serangga penyerbuk tidak hanya penting secara ekonomi saja, tetapi juga berkontribusi pada keamanan dan ketahanan pangan. Dengan adanya populasi lebah yang meningkat dapat berpengaruh pada peningkatan proses penyerbukan sehingga tumbuhan mampu menghasilkan produksi pangan. Lebah juga mampu meningkatkan mata pencaharian yang lebih baik serta pelestarian terhadap lingkungan. Yuk jaga populasi lebah di lingkungan kita!