Dampak dari aktifitas penambangan adalah penggalian tanah hingga menembus lapisan bantuan mineral. Dari berbagai jenis batuan mineral yang tersingkap ke luar, ada jenis mineral yang perlu diolah khusus karena memiliki dampak buruk pada lingkungan. Salah satu jenis batuan mineral ini adalah mineral sulfida. Mineral sulfida akan tersingkap naik akibat penggalian, kemudian mineral atau bantuan sulfida tersebut kontak langsung dan teroksidasi oleh oksigen. Reaksi mineral sulfida dengan oksigen tersebut menghasilkan batuan yang menganduk besi ferro, sulfat dan tingkat keasamaan tinggi yang disebut Potential Acid Forming (PAF). Air hujan ataupun air tanah yang terkena hasil oksidasi bantuan sulfida inilah yang tingkat pHnya akan menurun (asam) sehingga disebut air asam tambang.
Air asam tambang ini mengalir melewati batuan dan tanah di sekitarnya sehingga turut mengubah pH tanah dan bantuan menjadi asam. Bebatuan dan tanah yang terkena air asam tambang akan menjadi seperti lempung dan lengket bila terkena air. Kontaminasi air asam tambang dengan tanah sekitar tambang akan mengakibatkan tanaman tidak dapat tumbuh. Dampak kerusakan akibat air asam tambang masih akan mencemari lingkungan walaupun aktifitas tambang telah berhenti. Kondisi ini mengkhawatirkan bagi masyarakat setempat yang hidup dan pekerjaannya bergantung pada tanah dan air sekitar lokasi tambang. Oleh karena itu, perlu ada proses pengolahan PAFnya yang jadi penyebab terbentuknya air asam tambang.
Dalam usaha memberikan solusi, sejak Maret 2020, tim riset Indmira melakukan pengolahan terhadap batuan/tanah PAF untuk meningkatkan pHnya mendekati normal. Dalam ujicoba ini, tim riset Indmira memberikan perlakuan terhadap PAF yang diambil dari salah satu lahan tambang emas di Kalimatan Selatan. Perlakuan dilakukan dengan menambahkan produk maupun microba yang dapat meningkatkan pH dari PAF. Pengolahan PAF juga dilakukan dengan menambahkan produk Indmira yang digunakan khusus untuk menggemburkan lahan bekas tambang yaitu RBT dan SAN PT.
Bahan organik yang ditambahkan pada PAF telah mereduksi tingkat keasaman hingga pH-nya naik menjadi 5-6. Ditambah dengan penambahan RBT mampu membuat tekstur PAF menjadi lebih remah sehingga memungkinkan untuk ditanami. Hasil pengolah PAF ini telah diujicobakan untuk menanam tanaman semusim maupun tahunan. Pada tanaman semusim, PAF diujicobakan untuk menanam pakcoy dengan hasil pakcoy mampu bertahan hingga 14 HST dengan metabolisme yang belum maksimal. Ujicoba pada tanaman tahunan dilakukan pada tanaman Sengon yang saat ini masih berjalan 2 bulan masa tanam. Sedangkan ujicoba pada PAF kontrol (tanpa perlakuan) menghasilkan tanaman yang mati pada 1 HST. Ke depan, hasil riset ini akan menjadi acuan untuk riset selanjutnya agar dapat dikembangkan menjadi solusi bagi pencemaran lingkungan di sekitar area tambang.