KWT (Kelompok Wanita Tani) Martabe mengolah ikan mati di Danau Toba menjadi pupuk organik untuk dimanfaatkan bagi pertanian sekitar Danau Toba
Pertanian Danau Toba makin menggeliat dengan hadirnya pupuk organik hasil produksi KWT Martabe dari Desa Pematang Tambun Raya, Kecamatan Sidamanik, Kabupaten Simalungun, Sumatra Utara. Selain terkenal dengan wisata alamnya yang indah dan budayanya yang luhur, Danau Toba juga menyimpan potensi pertanian yang besar karena memiliki lahan pertanian yang subur dan luas.
Produksi ikan yang mencapai puluhan ton di Danau Toba dilihat sebagai peluang untuk pengolahan pupuk organik. Potensi pupuk organik dari ikan ini kemudian dijalankan oleh KWT Martabe dengan pendampingan dari Indmira yang merupakan partner dari Japfa dalam menjalankan program Kampung Asri, pertanian ramah lingkungan dan bekelanjutan.
Tujuan program ini adalah berkontribusi dalam pembangunan sistem pertanian masyarakat yang ramah lingkungan, produktif dan berkelanjutan. Pemberdayaan dilakukan dengan produksi pupuk ikan yang murah dan terjangkau. Langkah ini guna mendukung pertanian yang produktif dan berkelanjutan di wilayah sekitar Danau Toba.
Kelompok Wanita Tani (KWT) Martabe menjadi jantung penggerak dari produksi pupuk limbah ikan di Danau Toba. Indmira hadir memberikan pelatihan dan pendampingan pengolahan pupuk organik kepada anggota KWT Martabe sebanyak 12 orang. Proses sosialisasi hingga produksi membutuhkan waktu kurang lebih satu tahun untuk membangun kesadaran dan komitmen warga masyarakat dalam melakukan pengolahan pupuk organik.
Tantangan teknis dalam proses produksi adalah warga harus mengambil ikan dari danau Toba untuk diangkut ke tempat pengolahan pupuk atau selter. Ikan diangkut secara manual menggunakan tenaga manusia dengan jumlah ikan yang mencapai 3 ton setiap produksi.
Proses produksi pupuk ikan membutuhkan waktu 2 bulan fermentasi, terdiri dari pengolahan pupuk cair dan pupuk padat. Proses pengolahan hingga panen butuh komitmen tinggi sehingga dibutuhkan proses pendekatan dan penguatan sosial yang berkelanjutan.
Dari uji laboratorium, diperoleh hasil sebagai berikut TDS 10.000, pH 6-7 dan unsur C organik serta N yang tinggi. Hasil ini dipengaruhi oleh bahan baku yang berasal dari ikan yang cenderung memiliki kandungan protein dan berbagai nutrisi yang dibutuhkan oleh tumbuhan. Unsur C organik dan Nitrogen yang tinggi dapat membantu merangsang pertumbuhan batang & daun.
Produksi pupuk ikan ini telah diaplikasi pada beberapa tanaman meliputi kopi, bawang merah, timun, jahe dan cabai. Aplikasi pada bawang merah menghasilkan bawang merah dengan warna merah yang lebih cerah, penyusutan yang lebih kecil dan lebih dipilih petani untuk dijadikan benih karena kualitasnya yang baik.
Pada tanaman kopi, aplikasi pupuk dapat mengurangi karat daun dan memberikan warna hijau lebih tua pada daun. Kondisi ini akan membantu tanaman untuk berfotosintesis lebih maksimal sehingga tanaman lebih produktif.
Hingga tahun 2020, KWT Martabe telah memproduksi Pupuk Organik Padat 7.83 ton dan Pupuk Organik Cair 4000 liter yang telah didistribusikan ke petani di empat desa yaitu Desa Tigaras, Siruberube, Sait Buttu dan daerah Seribu Dolok, dengan komoditas bawang merah,jahe,kopi,jeruk manis dan cabe.
Pupuk ikan ini juga didistribusikan ke kios-kios pertanian di Desa Sirube-Rube Kec.Dolok Damaean dan Badan penyuluhan kecamatan Pematang Sidamanik
Kini, KWT secara mandiri melanjutkan produksi dan pemasaran pupuk di Kabupaten Simalungun. Produk pupuk organik ikan ini diharapkan mampu memenuhi kebutuhan pupuk di daerah Simalungun dengan harga yang lebih murah dan mudah diperoleh oleh petani.