Setiap aktivitas manusia selalu memberikan pengaruh terhadap lingkungan. Kecenderungan orang untuk hidup senyaman mungkin saat ini mendorong munculnya kebiasaan hidup yang berdampak pada lingkungan.
Suatu ukuran dari aktivitas manusia yang menimbulkan dampak terhadap lingkungan disebut sebagai jejak karbon (carbon footprint). Semakin banyak aktivitas manusia, maka semakin tinggi pula nilai emisi atau jumlah karbon yang dihasilkan.
Jejak karbon terbagi menjadi dua jenis, yaitu jejak karbon primer yang merupakan jejak karbon dari proses pembakaran langsung bahan bakar fosil dan jejak karbon sekunder yang merupakan jejak karbon dari proses siklus produk-produk yang digunakan dari pembuatan hingga penguraian.
Aktivitas manusia yang menjadi penyebab adanya jejak karbon atau carbon footprint diantaranya adalah penggunaan kendaraan, kendaraan pada umumnya menggunakan bahan bakar fosil seperti bensin, solar atau gas yang dapat menghasilkan jejak karbon dari proses pembakarannya. Selain itu penggunaan energi listrik dan air yang berlebihan oleh manusia juga dapat menghasilkan jejak karbon.
Aktivitas lainnya adalah konsumsi makanan. Pengolahan makanan berpotensi menjadi gunungan sampah serta mengalami banyak proses yang memicu tumbuhnya jejak karbon di lingkungan sekitar.
Jejak karbon dapat terjadi melalui aktifitas kimiawi melalui proses dekomposisi. Timbunan sampah yang terdekomposisi menghasilkan jejak karbon yang terdiri atas gas methana dan gas karbon dioksida.
Pada penggunaan listrik, jejak karbon dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil berupa batubara, minyak bumi dan gas. Hasil pembakaran tersebut menghasilkan jejak karbon berupa gas CO2 , NOx dan SO2.
Pembakaran bahan bakar minyak juga akan menghasilkan jejak karbon berupa gas-gas sisa pembakaran. Jejak karbon pada bahan bakar minyak akan menghasilkan karbon dioksida dan uap air, sedangkan pembakaran tidak sempurna pada hidrokarbon akan menghasilkan partikel padat yang biasa dikenal dengan asap dan butiran-butiran halus dari karbon monoksida, karbon dioksida dan uap air.
Pada dasarnya jejak karbon tidak akan menimbulkan dampak berbahaya bila masih dalam jumlah yang normal. Jejak karbon akan berdampak buruk bila karbon-karbon yang berbahaya jumlahnya melebihi ambang batas sehingga dapat merubah kondisi lingkungan.
Semakin banyak jejak karbon yang dihasilkan, semakin ekstrim pula kenaikan suhu di permukaan bumi. Kenaikan suhu yang sangat ekstrim dapat menimbulkan badai tropis serta bencana alam lainnya seperti banjir dan kekeringan. Kenaikan suhu di permukaan bumi juga menyebabkan lapisan es di kutub mencair. Kondisi ini mengganggu ekosistem dengan naiknya permukaan air laut yang nantinya akan menjadikan ketersediaan air bersih semakin berkurang.
Dampak lainnya adalah berubahnya produksi rantai makanan karena terciptanya perubahan iklim yang semakin panas. Cuaca yang panas menyebabkan tanaman sulit untuk tumbuh dengan baik sehingga banyak petani atau produsen yang mengalami gagal panen.
Banyak cara yang dapat dilakukan oleh manusia untuk mengurangi jejak karbon yang dihasilkan. Diantaranya adalah perbanyak makan sayur dan buah yang minim pengolahan, melakukan reboisasi atau penanaman kembali pohon penghasil oksigen, gunakan kendaraan umum, biasakan diri untuk menghemat penggunaan listrik, gunakan air bersih dengan seefektif mungkin.
Mulailah hidup zero waste seperti memulai kebiasaan membawa tas belanja sendiri , membawa alat makan & botol minum, berangkat kantor dengan sepeda dan mengoposkan sampah di rumah. Beberapa langkah tersebut diharapkan mampu mengurangi jejak karbon yang ada di sekitar kita.